Jakarta, prestasikaryamandiri.co.id – Untuk mencapai Indonesia emas pada tahun 2045, guru di dunia pendidikan harus menghadapi banyak tantangan. Beberapa tantangan tersebut mulai dari pengembangan keterampilan kepemimpinan generasi muda hingga penanaman nilai dan karakter pada siswa.

Kiki Cut Saskia Rachman, Direktur Jenderal Pusat Pengembangan Kepemimpinan UI, mengatakan tantangan pertama yang harus dihadapi para pendidik untuk mencapai Indonesia emas pada tahun 2045 adalah mengajarkan keterampilan kepemimpinan kepada generasi muda.

Kiki mengatakan, perlu adanya pelatihan kepemimpinan agar setiap generasi memiliki sikap kepemimpinan yang positif dan memahami bagaimana berpartisipasi dalam pembangunan bangsa dan pemerintahan. Tak hanya cerdas dalam studi dan hard skill, dibutuhkan kepemimpinan sebagai salah satu soft skill modern untuk mencapai kualitas emas Indonesia.

Dikatakannya kepada prestasikaryamandiri.co.id di Menara Mandiri, “Yang terpenting adalah emas Indonesia, pembangunan negara dan seluruh rakyat Indonesia, sehingga harus bisa memiliki hard skill dan soft skill.” , Jakarta Pusat, Rabu (29/5/2024).

Ia mencatat pentingnya melanjutkan pendidikan di tingkat pascasarjana agar dapat membuka diri dan memunculkan ide-ide baru yang bermanfaat bagi sesama dan negara.

“Jangan bilang ijazah sarjana itu tidak penting, karena mulai dari tingkat sekolah dasar, tingkat pengantar hingga sarjana, itu tentang membawa perspektif, membuka cara pandang kita semua sebagai manusia, untuk memanfaatkannya sebaik-baiknya. . dia berkata.. .

Di sisi lain, Sekretaris Universitas Indonesia Agustin Kusumayati mengatakan, peningkatan nilai dan karakter mahasiswa merupakan tantangan yang harus menjadi perhatian para pendidik guna mencapai Indonesia Emas 2045.

“Kalau soal guru, guru, guru, mereka menjaga siswa dari berbagai usia. Di berbagai usia kita mempunyai tugas untuk membina ilmu, membentuk sikap, dan menciptakan perilaku yang sesuai,” ujarnya peran yang sesuai untuk penciptaan dan perlindungan lingkungan,” tambahnya.

Fakultas Kesehatan Masyarakat UI mengatakan, pembentukan karakter pada individu perlu dilakukan sejak dini. Artinya, mahasiswa tidak perlu menunggu hingga tingkat universitas untuk mendapatkan pelatihan terkait alam.

“Memang benar anak harus dibina sejak usia muda, dan jangan menunggu sampai menjadi pelajar. Kalau mau umur 17 atau 18 tahun, sudah terlambat,” ujarnya.

“Pendidikan nilai dan sikap yang efektif sebaiknya dimulai pada pendidikan anak usia dini, pendidikan taman kanak-kanak hingga SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi, kemudian perguruan tinggi untuk memperkuat pengetahuan, keterampilan teknis, dan kepemimpinan. menjelaskan. .

Selain itu, Agustin menekankan perlunya realisme untuk mengembangkan konsep pendidikan di Indonesia. Ia mengatakan, pemerintah perlu memutuskan generasi yang ingin diciptakannya di masa depan. Ditegaskannya, mereka tidak hanya harus menjadi generasi yang penuh ilmu pengetahuan, namun menjadi generasi yang berkarakter dan memiliki nilai-nilai pribadi.

“Saya melihat pemikiran bahwa kita sudah kalah, kita tidak tahu apa yang ingin kita ajarkan kepada anak-anak, ingin menjadi anak seperti apa, sangat berbeda dengan negara-negara maju yang terkenal,” ujarnya.

“Di Finlandia, yang jelas anak-anak diajarkan apa yang bisa mereka lakukan. Di Jepang, anak-anak diajarkan bagaimana menjaga kebersihan, disiplin, patuh, misalnya kalau antre, kita tidak punya itu,” ujarnya.

Oleh karena itu, menuju Indonesia emas tahun 2045, mulai dari kepemimpinan hingga pembentukan karakter, penting untuk mencetak generasi masa depan yang tidak hanya sukses tetapi juga berkualitas.

“Makanya jangan kita ciptakan generasi yang kelihatannya maju, berilmu, terampil dalam berbagai teknologi, tapi tidak ada nilainya, itu akan jauh dari Islam, kalau dikatakan buruk akhlaknya, kita tidak boleh seperti itu. jadi semuanya harus seimbang,” tutupnya.

Kiriman serupa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *