Butler, prestasikaryamandiri.co.id – Tersangka Thomas Crooks mengerahkan drone untuk merekam lokasi kampanye Donald Trump di Butler, Pennsylvania pada 13 Juli 2024, sebelum menembak mantan presiden AS tersebut.

Pada Jumat (19/7/2024), Wall Street Journal mengutip seorang petugas polisi AS yang tidak disebutkan namanya yang mengatakan bahwa Thomas Matthew Crooks yang menerbangkan drone tersebut. “Jalur penerbangan drone yang terprogram menunjukkan bahwa Crooks mungkin sedang mengamati lokasi kejadian,” kata pejabat itu.

Informasi terbaru ini menunjukkan kelemahan keamanan yang menyebabkan upaya pembunuhan terhadap Trump. Serangkaian penyelidikan sedang dilakukan oleh otoritas AS untuk mencari tahu mengapa Crooks bisa naik ke atap, hanya 120 meter dari podium, dan melepaskan beberapa tembakan yang mengenai telinga Trump, menewaskan seorang warga sipil dan melukai dua orang lainnya.

Drone adalah salah satu alat yang digunakan Crooks untuk merencanakan kejahatannya. Tersangka diketahui mulai menyelidiki Butler Farm Show pada 3 Juli 2024, setelah tim kampanye Trump mengumumkan akan mengadakan acara tersebut. 

Para penipu mendaftar untuk menghadiri acara kampanye Trump pada 7 Juli 2024. Kemudian mereka datang ke lokasi penanaman beberapa hari kemudian.

Para penjahat tersebut memiliki dua bom rakitan yang dapat diledakkan dari jarak jauh, kata sumber yang tidak disebutkan namanya. Penyelidik menemukan bahan peledak, rompi anti peluru dan tiga magasin berisi 30 peluru untuk senapan di mobil Crooks, yang diparkir di dekat lokasi kejadian. Temuan ini menunjukkan bahwa pelaku bermaksud menimbulkan kerugian pada banyak korban.

Penipu juga menerima paket berlabel barang berbahaya dalam beberapa bulan terakhir. Para tersangka mencari data kampanye Trump secara online, tetapi mengikuti jadwal Konvensi Nasional Partai Demokrat dan tur kampanye Presiden Joe Biden bulan depan, sehingga penyelidik tidak dapat menentukan pemikiran dan niat Crooks yang sebenarnya.

Pembunuhan Trump yang gagal dianggap sebagai krisis terbesar dalam lebih dari satu dekade skandal intelijen AS. Semakin banyak anggota parlemen dan pejabat AS yang meminta Dinas Rahasia untuk menjelaskan kegagalan keamanannya dalam insiden tersebut.

Direktur Dinas Rahasia AS Kimberly Cheatle mengakui pada tanggal 15 Juli bahwa pekerjaannya melindungi mantan Presiden Trump selama upaya pembunuhan yang gagal di Pennsylvania tidak dapat diterima.

Kiriman serupa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *