Jakarta, prestasikaryamandiri.co.id – Pegawai Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, yang diketahui bernama Kusnadi, mengaku mendapat perlakuan kurang memuaskan dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Berdasarkan pengakuannya, dia ditahan untuk dimintai keterangan dan barang-barang pribadi seperti telepon seluler dan ATM disita di pos KPK.

Semua bermula saat Kusnadi sedang beristirahat di halaman Gedung KPK. Atas permintaan Hasto, pria bertopeng dan berpakaian hitam menelponnya, katanya. Namun sesampainya di gedung, Kusnadi dibawa petugas KPK dan diinterogasi selama tiga jam.

“Saya sedang merokok di halaman Gedung KPK, dia menelepon saya dan Pak Hasto meminta saya untuk meneleponnya, ketika dia mendengar saya menelepon Anda, rombongan yang memakai baju dan masker hitam itu langsung berjalan ke atas, saya berikan telepon genggamnya. Saat saya bangun, tapi dia mencarinya,” kata Kusnadi usai jumpa pers, Komnas HAM, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (12/6/2024).

Dalam pemeriksaan tersebut, Hasto Kristiyanto juga diperiksa di ruangan lain. Saat Hasto selesai, emosinya membuncah saat menyadari pegawainya Kusnadi tanpa sadar mengikutinya. Menurut pengakuan Kusnadi, terjadi adu mulut sengit antara Hasto dan penyidik ​​KPK di lantai dua Gedung KPK bernama Rossa Purbo Bekti.

“Aku digeledah dan harta bendaku diambil, diancam dan dimarahi. Aku merasa seperti pembohong, aku bilang padanya aku bukan orang yang disebut ayah, sampai pertengkaran kelas dua antara kamu dan kamu Ross, ayah melindungiku.” dia berkata.

Kusnadi mengaku kesulitan menghidupi keluarganya karena KPK menyita ponsel dan mesin ATM miliknya. Sejak kejadian itu, dia belum mampu menghidupi istri dan anak-anaknya.

Dia berkata: “Barang-barang saya masih disita hari ini, ponsel saya juga disita. Selain itu, saya tidak dapat menghidupi istri saya.

Kusnadi mengaku dirinya hanyalah anak desa yang tidak memiliki ilmu hukum. Ia menceritakan pengalamannya saat kami temui di kantor Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).

“Saya tidak tahu apa-apa, saya orang kecil, orang desa,” keluh Pak Kusnadi.

Kiriman serupa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *