JAKARTA, prestasikaryamandiri.co.id – Para ahli menilai hari libur nasional dan cuti bersama selama 27 hari per tahun dinilai terlalu lama sehingga menurunkan persaingan dan produktivitas kerja. Pemerintah dan tokoh agama dinilai perlu mengkaji ulang jumlah hari raya keagamaan di Indonesia.

Ekonom senior sekaligus penghubung Menteri Perekonomian Raden Pardede dan tim asistennya mengungkapkan, produktivitas pekerja Indonesia lebih rendah dibandingkan pekerja di negara lain. Salah satu permasalahannya adalah jumlah hari libur pekerja yang dinilai panjang.

“Kita tertinggal dari banyak negara dari segi produktivitas, dari segi jumlah jam kerja. Jadi harapan saya kita punya waktu lebih banyak untuk libur nasional,” kata Raden usai DBS Asian Insights Conference 2024 di Jakarta, Selasa. (21) harus direvisi.

Menurut Raden, para pemuka agama perlu mempertimbangkan pengurangan jumlah hari besar keagamaan saat ini. Pasalnya, Indonesia mempunyai hari raya keagamaan yang lebih banyak dibandingkan negara lain.

“Setiap umat beragama juga harus mempertimbangkan bahwa hari besar keagamaan tidak banyak. Kita punya 5 agama, masing-masing membuat hari libur. Negara lain mungkin hanya 1-2 agama. Jumlah hari raya keagamaan perlu dikurangi, setujui dapatkan satu poin di sini katanya.

Raden yakin pemerintah punya kemampuan memahami keluh kesah para pengusaha. Belakangan ini banyak pengusaha yang protes dan menuntut pengurangan jumlah hari libur nasional dan hari libur kolektif bagi pekerja.

Ia menilai pengurangan jumlah hari kerja berdampak pada penurunan produktivitas usaha. Permasalahan ini diyakini akan semakin mengurangi persaingan perdagangan dunia dibandingkan negara lain.

Selain itu, produktivitas tenaga kerja Indonesia dilaporkan sebesar US$ 23,89 ribu per pekerja. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan rata-rata produktivitas tenaga kerja ASEAN sebesar US$24,27 ribu.

“Jadi menurut saya kekhawatiran dunia usaha itu wajar. Jangan terlalu banyak mengambil liburan yang tidak perlu,” kata Raden.

“Misalnya bulan ini kita libur banyak, libur banget. Makanya kita harus bisa paham, kalau tidak produktivitas mereka akan menurun,” imbuhnya.

Kiriman serupa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *