Jakarta, prestasikaryamandiri.co.id – Penyalahgunaan Narkoba dan Zat Psikoaktif (Napza) di Indonesia menjadi permasalahan yang semakin mendesak. Berdasarkan pengukuran BNN, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan Badan Pusat Statistik (BPS), angka prevalensi penyalahgunaan narkoba di Indonesia mengalami penurunan sebesar 0,22 persen dari 1,95% pada tahun 2022 menjadi 1,75%. 

Kalau dilihat dari angka 1,95% dalam dua tahun terakhir, menjadi 1,73 persen jika kita memasukkan jumlah penduduk, dimana 3,3 juta jiwa dikatakan menggunakan 3,6 juta (sebelumnya) dalam dua tahun terakhir.

Thomas Avitho da Lopez, pembimbing klinis Lentera Bersinar Indonesia (LBI), mengatakan penyalahgunaan narkoba menimbulkan berbagai masalah serius. Menurutnya, diperlukan pusat rehabilitasi yang berkualitas untuk berobat.

Dampak negatif tersebut menimbulkan kebutuhan mendesak akan layanan rehabilitasi. Layanan rehabilitasi tidak hanya fokus pada terapi fisik, tetapi juga memberikan dukungan psikologis dan sosial untuk membantu pemulihan jangka panjang, kata Thomas Avitho Jakarta, Minggu (9/6/2024). . ). 

Namun menurutnya, saat ini banyak pusat rehabilitasi yang belum mampu memenuhi persyaratan tersebut secara memadai. 

Menurutnya, penggunaan narkoba dapat menimbulkan gangguan kesehatan mental dan fisik serta meningkatnya angka kriminalitas dan kematian yang berlebihan. Bahaya narkoba tidak hanya dirasakan oleh penggunanya, tetapi juga oleh keluarga dan masyarakat, kecanduan narkoba. “Ini bisa berdampak buruk pada kehidupan pribadi, mengganggu pekerjaan, dan menghancurkan hubungan sosial,” katanya. 

LBI telah bekerjasama dengan berbagai instansi penting seperti BNN, Kementerian Sosial, Kementerian Kesehatan, Kepolisian dan berbagai instansi lainnya untuk memperkuat komitmen pemberian layanan rehabilitasi narkoba di tingkatnya. 

“Kami hadir karena kami peduli dengan permasalahan narkoba di Indonesia. Sesuai dengan kebutuhan rumah rehabilitasi, setiap tahunnya juga semakin meningkat. Namun peningkatan jumlah balai rehabilitasi tersebut tidak dibarengi dengan peningkatan pembangunan. dari pusat rehabilitasi yang memadai. Saya bisa minum obat,” kata Thomas.

Kiriman serupa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *