Jakarta, prestasikaryamandiri.co.id – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menargetkan dana awal penerbitan Savings Bond Ritel (SBR) ke-13 atau SBR013 sebesar Rp 15 triliun. Danny Ridwan, Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Keuangan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, mengatakan jika minat terhadap SBR013 kuat maka targetnya akan ditingkatkan.

“Jadi tujuan penerbitan SBR013 ini, target awal kita sekitar Rp 15 triliun, tapi tentunya kita juga akan memperhatikan kepentingan masyarakat. Kalau memang minatnya tinggi, kita punya cadangan/alokasi untuk bisa ditingkatkan menjadi Rp 20 triliun Jadi mungkin targetnya antara Rp 15 triliun sampai Rp 20 triliun,” jelas Danny Ridwan dalam jumpa pers SBReakingnews di Hotel Sultan, Jakarta, Senin (6/10/2024).

Meski demikian, Denny mengatakan pihaknya cukup optimistis terhadap minat investasi negara pada obligasi negara (SBN). Pasalnya, menurut dia, sejak pandemi Covid-19, kesadaran masyarakat untuk berinvestasi dan menyiapkan dana darurat mulai tumbuh. Padahal, menurut data Kementerian Keuangan, rata-rata pertumbuhan emisi SBR mencapai 30% per tahun.

“Kita lihat rata-rata pertumbuhannya sekitar 30% per tahun. Padahal, tahun lalu kalau kita lihat ke tahun 2022, total penerbitan SBN ritel sebesar Rp 107 triliun, ini pertama kalinya kita mencapai Rp 100 triliun. Sebaliknya, sebelumnya hanya mencapai Rp 90 triliun,” jelas Dani.

Sebelumnya, pemerintah dalam hal ini Kementerian Keuangan (Kemenku) menerbitkan instrumen investasi Surat Berharga Negara (SBN) ritel seri 13 atau obligasi tabungan ritel atau SBR013 dengan jangka waktu dua dan empat tahun. Keduanya menawarkan kupon atau floating rate dengan batas bawah masing-masing 20 basis poin (bps) untuk jangka waktu dua tahun dan 35 basis poin untuk jangka waktu empat tahun di atas suku bunga acuan Bank Indonesia (BI).

“Kalau nanti BI kembali menaikkan BI rate, misalnya naik menjadi 6,5%, artinya hanya perlu dinaikkan 20 bps, maka untuk jangka waktu dua tahun menjadi 6,70%. -jangka waktu tahun ditawarkan pada 6,65%, yang berarti sekitar 35 basis poin di atas BI rate, “Danny Ridwan, Direktur Surat Utang Negara pada Direktorat Jenderal Pengelolaan Keuangan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, mengatakan kepada SBReakingnews . Konferensi pers di Hotel Sultan, Jakarta, Senin (10/6/2024).

Denny mengatakan, pemerintah selalu menjaga persentase keuntungan (margin) agar investor mendapat insentif untuk membeli retail saving bond (SBR). Oleh karena itu, dengan skema floating floor, jika suku bunga B turun maka kupon yang ditawarkan tidak turun, melainkan tetap dipatok sebesar 6,45% untuk jangka waktu dua tahun dan 6,65% untuk jangka waktu empat tahun.

Makanya disebut renang lantai terapung, tapi ada batasan minimalnya, kata Danny. 

Kiriman serupa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *