Jakarta, prestasikaryamandiri.co.id – Industri gas Indonesia akan semakin bergantung pada gas alam cair (LNG) di masa depan. Pertumbuhan permintaan gas alam sebagai energi transisi energi ramah lingkungan belum diimbangi dengan tambahan pasokan gas.

“Bisnis gas Indonesia sangat bergantung pada LNG di masa depan,” kata Bayu Satria Pratama, Ketua Komite Urusan Regulasi dan Pemerintahan Masyarakat Gas Indonesia (IGS), memaparkan studi Buku Putih Pasar Gas Indonesia yang disiapkan bersama oleh IGS. Bersama Rystad di Jakarta pada Kamis (13/6/2024).

Ia mengatakan, hasil kajian menunjukkan terdapat tiga tantangan utama bagi perkembangan bisnis gas bumi di Indonesia, yaitu pasokan gas yang ada semakin berkurang akibat penurunan gas alam. Kedua, keterbatasan infrastruktur menghambat monetisasi ladang gas yang jauh dari sumber permintaan.

Ketiga, proses birokrasi yang panjang di bisnis gas menimbulkan ketidakpastian jadwal proyek dan memperburuk perekonomian, ujarnya.

Sementara itu, Senior Advisor IGS Salis S. Aprilian mengatakan untuk mengatasi tantangan tersebut, IGS telah mengajukan rekomendasi, khususnya untuk memberikan insentif bagi pembangunan infrastruktur dan pengembangan hulu migas dalam bentuk tax rebate, pembiayaan berbunga rendah, kemitraan pemerintah-swasta. (PPP). ) dan mengurangi pemberitahuan izin gas alam.

Kedua, melakukan evaluasi komprehensif terhadap kebijakan penetapan harga gas bumi (HGBT) tertentu. Ketiga, melibatkan seluruh pemangku kepentingan dalam perumusan kebijakan dan peraturan sehingga dapat mendukung pengembangan industri gas.

Anggota eksekutif IGS Eddie Armawira mengatakan kebutuhan gas bumi nasional, khususnya di Sumatera bagian tengah dan selatan serta Jawa Barat, memerlukan tambahan pasokan gas bumi, baik melalui pipa maupun regasifikasi LNG, mulai tahun 2024.

Berdasarkan neraca gas bumi tahun 2023-2032, sektor industri merupakan salah satu konsumen gas terbesar yaitu mencapai 30,83%. Berikutnya adalah sektor ketenagalistrikan sebesar 11,82% dan pupuk sekitar 11%.

Sedangkan ekspor gas bumi dalam bentuk LNG sebesar 22,18%. Gas pipa kemudian naik 8,40%, dengan total konsumsi mencapai 5,868 miliar British thermal unit per hari (BBTUD) pada akhir tahun 2023.

ICS merupakan organisasi nirlaba yang didirikan untuk mendukung pengembangan industri gas Indonesia dari hulu, tengah hingga hilir, meliputi aspek komersial, teknis dan operasional, dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan seperti Kementerian Energi, Kementerian Sumber Daya Manusia (ESDM) dan Itu. Kelompok Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu dan Gas Bumi (SKK Migas).

Kiriman serupa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *