Chicago, prestasikaryamandiri.co.id – Harga minyak naik pada Senin (13/5/2024) di tengah tanda-tanda membaiknya permintaan di importir utama China dan potensi gangguan pasokan di Kanada. Pelaku pasar kini fokus pada data inflasi AS yang dirilis pekan ini.
Minyak mentah berjangka Brent naik 42 sen, atau 0,5%, menjadi US$83,21 per barel dan minyak mentah berjangka acuan West Texas Intermediate (WTI) AS naik 66 sen, atau 0,8%, menjadi US$ 78,92 per barel.
Data Tiongkok akhir pekan lalu menunjukkan bahwa harga konsumen naik untuk bulan ketiga berturut-turut di bulan April dan harga produsen terus turun. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan permintaan nasional. Pemerintah juga berencana untuk memobilisasi 1 triliun yuan (US$138,26 miliar) untuk merangsang sektor-sektor utama pertanian.
Dari sisi pasokan, investor mewaspadai potensi gangguan pasokan minyak akibat kebakaran hutan di Kanada bagian barat. Pemerintah negara tersebut telah memperingatkan bahwa kebakaran tersebut dapat menjadi bencana besar.
“Produksi minyak Kanada saat ini berada pada kapasitas 3,3 juta barel, yang kemungkinan akan terpengaruh pada musim panas,” kata Alex Hodes, analis broker energi StoneX, dikutip CNBC International.
Harga minyak juga didukung oleh ekspektasi bahwa Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya akan mengurangi pasokan pada paruh kedua tahun ini. Produsen minyak nomor dua OPEC, Irak, telah berkomitmen terhadap pengurangan produksi minyak yang disetujui oleh kelompok produsen tersebut.
“Investor juga akan mencermati data Indeks Harga Konsumen AS yang dirilis pada Rabu (15/5/2024) untuk melihat apakah Federal Reserve mempertimbangkan penurunan suku bunga,” kata Hodes.
Para analis memperkirakan bank sentral AS akan mempertahankan suku bunganya lebih lama, sehingga mendukung dolar dan membuat minyak lebih mahal bagi pembeli yang memegang mata uang lainnya.