Jakarta, prestasikaryamandiri.co.id – Harga emas menguat lebih dari 1% pada perdagangan Kamis (11/7/2024) seiring data ekonomi Amerika Serikat (AS), khususnya data indeks harga konsumen, yang menunjukkan penurunan tak terduga di bulan Juni. 2024. Harapan kembali muncul bahwa Bank Sentral AS, Federal Reserve atau The Fed akan segera memangkas suku bunga.
Emas spot naik 1,8% menjadi $2,414.4 per ounce pada hari Jumat (12/07/2024), level tertinggi sejak 22 Mei, menurut CNBC International. Sementara itu, emas berjangka AS naik sekitar 1,6% menjadi $2,418.7. Sebelumnya, harga emas spot mencapai rekor tertinggi $2,449.89 per ounce pada 20 Mei 2024.
“Emas naik di atas $2.400 setelah data CPI yang positif mengkonfirmasi penurunan suku bunga pada bulan September. Pendukung emas kemungkinan akan mendorong harga ke level tertinggi baru secepatnya pada minggu depan,” kata Tai Wong, pedagang logam independen di New York.
Diketahui, indeks harga konsumen di AS di luar dugaan turun. Faktanya, kenaikan tahunan ini merupakan yang terkecil dalam satu tahun, memperkuat pandangan bahwa tren inflasi sudah kembali ke jalurnya dan The Fed semakin dekat untuk menurunkan suku bunga.
Suku bunga berjangka mencerminkan peluang penurunan suku bunga sebesar 85% pada pertemuan The Fed di bulan September, naik dari peluang 70% sebelum data dirilis. Emas tanpa bunga menjadi lebih menarik seiring turunnya suku bunga.
Pasca publikasi data inflasi AS, dolar anjlok ke level terendah dalam sebulan lebih. Hal ini juga membuat emas lebih menarik bagi pemegang mata uang lainnya. Pada saat yang sama, imbal hasil obligasi 10-tahun AS turun ke level terendah dalam empat bulan.
Ketua Fed Jerome Powell mengumumkan bahwa bank sentral hampir mengambil keputusan untuk menurunkan suku bunga.
Sementara itu, logam mulia lainnya, perak spot, naik 2,1% menjadi $31,44 per ounce, level tertinggi sejak 31 Mei. Platinum naik satu persen menjadi $1,016.8 dan paladium naik hampir satu persen menjadi $993.75.
