JAKARTA, prestasikaryamandiri.co.id – Kiel Institute, lembaga penelitian ternama asal Jerman, menyebutkan BYD mendapat subsidi besar dari pemerintah China, yakni sebesar USD 2,26 miliar atau Rp 35,4 juta. Dukungan besar ini telah memberikan BYD posisi yang sangat menguntungkan di industri mobil listrik.

Maka tak heran jika BYD mampu mengalahkan Tesla sebagai penjual dan produsen mobil listrik terbesar dunia pada tahun 2023. Kiel Institute bahkan menyebut pemerintah China mengeluarkan belanja lebih banyak dibandingkan negara OECD lainnya, termasuk Amerika Serikat dan Jerman.

BYD menerima subsidi langsung sebesar $236 juta pada tahun 2020, Carscoops melaporkan pada Sabtu (13 April 2024). Pada tahun 2022, angka ini diperkirakan akan meningkat secara signifikan menjadi $2,26 miliar.

Jumlah subsidi tersebut sangat tinggi dibandingkan dengan subsidi yang diterima oleh perusahaan mobil Tiongkok lainnya, menurut sebuah studi baru yang dilakukan oleh Kiel Institute. Bahkan, jumlah tersebut lebih banyak dibandingkan bantuan dari GAC yang merupakan penerima utama bantuan langsung dari pemerintah.

Menurut Kiel Institute, pada tahun 2022, 99% perusahaan terdaftar di negara tersebut telah diakuisisi. Namun perusahaan yang paling banyak mendapat dukungan dari pemerintah China adalah BYD.

Selain mendapat subsidi langsung dari pemerintah, BYD juga mendapat manfaat dari konsumen yang menerima insentif pemerintah untuk membeli baterai kendaraan listrik. Meskipun tidak ada uang tunai langsung di kantong perusahaan, hal ini membantu merangsang permintaan akan produk-produknya dan secara efektif menurunkan harga mobil listrik BYD.

Menurut Kiel Institute, otoritas terkait di negara-negara Eropa harus mempertimbangkan temuan ini. Pasalnya, kini banyak perusahaan mobil China yang masuk ke Benua Biru.

Banyak perusahaan mobil Eropa yang mengeluhkan hal ini. Secara khusus, terdapat permasalahan bahwa perusahaan mobil Tiongkok seperti BYD dapat membuat mobil listrik Tiongkok lebih murah dengan memberikan subsidi.

Kiel Institute menyarankan bahwa “Eropa harus membujuk Tiongkok untuk menarik subsidi yang sangat merugikan UE.”

Kiriman serupa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *