Jakarta, prestasikaryamandiri.co.id – Amerika Serikat (AS) dibayangi potensi resesi setelah penyerapan tenaga kerja menurun signifikan menjadi 114.000 pada Juli 2024 dibandingkan 179.000 pada Juni 2024. Selain itu, tingkat pengangguran naik menjadi 4,3%.
Pelaku pasar kini menantikan langkah The Fed yang akan menurunkan suku bunga acuannya sebagai upaya meminimalkan risiko resesi. The Fed dinilai kurang hawkish dibandingkan bank sentral negara lain, seperti Bank Sentral Eropa, Kanada, dan Hongaria yang sudah lebih dulu menurunkan suku bunga acuannya beberapa waktu lalu.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Kataribu mengatakan, kini pihaknya akan terus mengikuti sinyal FED terkait penurunan suku bunga.
“Kami melihat kondisi perekonomian Amerika berada di bawah ekspektasi.” Misalnya, angka pengangguran lebih tinggi dari yang dibayangkan. “Kalau dilihat dari suku bunganya, seharusnya diturunkan lebih awal,” kata Febrio kepada wartawan di Kementerian Keuangan di Jakarta, Selasa (06/08/2024).
Ia mengatakan, dinamika ekspektasi terhadap suku bunga acuan The Fed mengalami perubahan sejak awal tahun. Di awal tahun, pelaku pasar domestik melihat ekspektasi The Fed akan memangkas suku bunga sebanyak tiga kali di tahun 2024. “Beberapa bulan kemudian berubah, kini dengan data terkini, kita melihat konsensus, pemotongan lebih banyak,” ujarnya. mengatakan
Febrio menjelaskan, resesi AS tidak memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian Indonesia. “Sekarang dengan data terkini, dari segi stabilitas makro kita, dampaknya saat ini sebagian besar positif,” ujarnya.
Dia menjelaskan, jika suku bunga acuan AS diturunkan maka tekanan capital outflow bisa berkurang. Alhasil, suku bunga BI dan rupee akan relatif menarik. “Ini harus kita pantau setiap hari. Perubahan-perubahan ini harus kita pantau dengan cermat agar langkah-langkah yang kita ambil bisa terukur,” kata Febrio.
Sejak muncul masalah resesi AS, banyak investor yang memutuskan lari dari aset berisiko. Di bursa, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 3,4% ke level 7.059 pada akhir perdagangan Senin (8/5/2024). Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat valuta asing yang keluar bursa pada hari itu sebesar Rp 605 miliar.