Yogyakarta, prestasikaryamandiri.co.id – Kementerian Kesehatan baru-baru ini melakukan survei kesehatan jiwa terhadap 12.121 mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) di 28 rumah sakit pada akhir Maret 2024.
Hasil tes tersebut melaporkan bahwa sekitar 22,4% mahasiswa program kedokteran khusus ditemukan mengalami gejala depresi, bahkan 3% atau 399 di antaranya mengaku ingin bunuh diri.
Sehubungan dengan hal tersebut, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FK-KMK UGM) Prof. Yodi Mahendradhata mengatakan, pihaknya rutin melakukan tes kesehatan jiwa bagi pelajar, termasuk program pelatihan khusus kedokteran (PPDS). ).
“Kami melakukan skrining kesehatan terhadap seluruh siswa yang berprofesi sebagai tenaga medis pada awal masuk sekolah,” kata Yodi kepada wartawan beberapa waktu lalu.
Menurutnya, tes kesehatan jiwa ini bertujuan untuk mengetahui dengan cepat apakah ada gangguan kesehatan jiwa yang dialami para pelajar tersebut.
Hasil survei awal bukanlah keputusan konklusif atau alat untuk menilai kesehatan siswa Sebab, hasil tes tersebut harus dilanjutkan dengan tes tingkat lainnya, seperti pemeriksaan oleh ahli kesehatan jiwa.
Layar saja tidak cukup di awal, pihak juga mengatur jadwal kerja bagi siswa PPDS agar tidak kelelahan lahir dan batin.
“Kami biasanya menetapkan waktu kerja kurang dari 80 jam seminggu bagi seluruh mahasiswa yang memiliki spesialisasi kedokteran,” ujarnya.
Selain itu, pihak pengelola program memberikan pelatihan pengobatan gejala depresi secara berkesinambungan kepada mahasiswa spesialis kedokteran. Mereka juga menawarkan jasa sekelompok psikolog bila ada tanda-tanda gejala depresi.
“Layanan psikiater dapat diakses secara langsung dan melalui internet untuk menjamin privasi proses konseling,” ujarnya.
Namun yang tak kalah penting, menurut Yodi, adalah pengawasan rutin tingkat pendidikan dan pengembangan tenaga pengawas mahasiswa kedokteran yang terlatih khusus.
Menurutnya, pendidikan tetap ini mempunyai peranan penting dalam menunjang mutu pembelajaran karena tidak menutup kemungkinan siswa menghadapi dan berbagai tantangan dalam proses pembelajaran.
Yodi mengatakan, banyak tantangan dalam pelatihan kedokteran khusus antara lain beban kerja darurat 24 jam, perhatian lebih pada kasus-kasus serius dan traumatis, dan perlunya tujuan untuk menyelesaikan pelatihan tepat waktu dari organisasi atau memberikan bantuan pendidikan. .
“Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mengurangi kemungkinan terjadinya perubahan aktivitas dalam sistem pendidikan yang berdampak pada kesehatan fisik dan mental para peserta didik. Pemeriksaan kesehatan jiwa merupakan salah satu upaya nyata pengendalian kesehatan jiwa peserta didik,” ujarnya.