Batavia, prestasikaryamandiri.co.id – Bank Dunia (World Bank) menyatakan situasi perekonomian Indonesia cukup baik karena pendapatan per kapita masih berada di kelas menengah atas dibandingkan negara India, Nigeria, Filipina, dan Mesir. rata-rata. kelas

Habib Rab, kepala ekonom Bank Dunia (World Bank), mengatakan hal ini diketahui setelah adanya data ekonomi pada akun-akun tertentu.

“Banyak hal yang kami usulkan, sebenarnya terjadi di lapangan. Ternyata analisis kami sudah tepat arah,” kata Antara, Rabu (1/5/2024).

Habib Rab menjelaskan, Bank Dunia sedang melakukan kajian komprehensif terhadap pertumbuhan ekonomi jangka panjang di Indonesia, termasuk sektor swasta, termasuk sektor manufaktur, jasa, dan pendapatan.

“Agar pertukaran gagasan efektif dan mendapatkan wawasan berharga dari pihak swasta, masukan Kadin mengenai topik ini tidak ada duanya, atau ada yang bisa dicapai untuk mempertajam pendapat untuk analisa dan informasi,” ujarnya.

Menurut Rab, penting untuk terus berkonsultasi dengan individu agar analisisnya lebih bernuansa sehingga data tidak hanya memberikan informasi, tetapi juga sesuai dengan situasi di lapangan.

“Kita tidak hanya bisa mengetahui jumlahnya, tapi juga apa yang melatarbelakanginya.

Sementara itu, Kepala Ekonom Bank Dunia Alexandre Hugo Laure berpendapat bahwa meskipun angka ini cukup baik, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) tahunan Indonesia terus melambat.

Misalnya saja dibandingkan berbagai negara, pertumbuhan sektor manufaktur yang memberikan kontribusi terbesar terhadap perekonomian Indonesia cukup lambat, bahkan China, Meksiko, Mesir, Nigeria, dan India lebih rendah lagi,” kata Hugo Laure.

Hugo menjelaskan, hal ini antara lain disebabkan oleh minimnya penelitian dan pengembangan serta adaptasi dan inovasi teknologi yang dilakukan industri besar di Indonesia.

“Biaya penelitian dan pengembangan relatif rendah dibandingkan negara serupa.

Belanja penelitian dan pengembangan Indonesia, yang hanya sembilan persen, masih tertinggal jauh dibandingkan para pesaingnya.

“Hanya sekitar lima persen perusahaan yang melakukan inovasi seperti inovasi produk atau proses. Adopsi teknologi dan efisiensi energi di Indonesia sangat kecil, dan hanya sedikit perusahaan yang menerapkan praktik pengelolaan lingkungan,” tutupnya.

Kiriman serupa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *