Jakarta, prestasikaryamandiri.co.id – Seorang wanita di China terpaksa dirawat di rumah sakit karena kecanduan mengucapkan cinta 100 kali sehari kepada kekasihnya. Wanita yang akrab disapa Xiaoyu itu harus menelpon kekasihnya sebanyak 100 kali hanya untuk mengungkapkan rasa cintanya.

Parahnya lagi, jika hal tersebut tidak bisa dilakukan, maka Xiaoyu akan menjadi seperti seorang pecandu narkoba yang merasa cemas dan marah karena tidak bisa mendapatkan apa yang diinginkannya. Dikutip dari South China Morning Post, Rabu (24/4/2024), Xiaoyu menjadi sangat marah dan mulai menghancurkan barang-barang di dalam rumah.

Kondisi tersebut membuat kekasih Xiaoyu benar-benar tertekan. Selain itu, ia sangat mengkhawatirkan keselamatan kekasihnya yang kecanduan mengucapkan cinta.

“Khawatir akan keselamatannya, pacar Xiaoyu menghubungi polisi,” lapor South China Morning Post.

Beruntung polisi bertindak cepat menanggapi laporan tersebut. Ketika mereka tiba di rumah Xiayou, mereka menemukan bahwa wanita itu mencoba bunuh diri.

“Petugas tiba ketika Xiaoyu mengancam akan melompat dari balkon. Setelah diselamatkan, dia segera dibawa ke rumah sakit, di mana dia didiagnosis menderita gangguan kepribadian ambang,” jelas South China Morning Post.

Insiden ini langsung mendapat perhatian dari media lokal. Mereka pun menyebut kondisi yang dialami Xiaoyu dengan nama “otak cinta”.

Nama tersebut diartikan sebagai kondisi perilaku obsesif dalam hubungan romantis. Dr Du Na, seorang dokter di rumah sakit tempat Xiaoyu dirawat, menjelaskan bahwa gangguan kepribadian ambang terkadang dapat terjadi bersamaan dengan kondisi lain seperti kecemasan, depresi, dan gangguan bipolar. Dr Du juga percaya bahwa kondisi seperti itu mungkin terkait dengan keterikatan masa kecil yang tidak sehat.

Dr Du tidak mengungkapkan penyebab penyakit yang dialami Xiaoyu, namun mengatakan penyakit tersebut sering terjadi pada orang yang tidak memiliki hubungan yang sehat dengan orang tuanya semasa kecil.

Meskipun beberapa kasus ringan dapat membaik dengan teknik manajemen emosional, Dr. Du menekankan bahwa kasus yang parah, seperti kasus Xiaoyu, memerlukan intervensi medis.

Kiriman serupa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *