Jakarta, prestasikaryamandiri.co.id – Pembuat konten Irwan Prasetio mengungkap kenyataan menyedihkan tentang universitas Belanda dan Jerman yang tidak mau menerima siswa SMA secara langsung di Indonesia. Dalam unggahannya di Instagram, Minggu (22/09/2024), prestasikaryamandiri.co.id mengutip Irwan Prasetio yang menyebut penolakan tersebut karena dibatalkannya Ujian Nasional (FN).
Diketahui, mulai tahun 2021 Kemendikbud telah memulai Asesmen Kompetensi Minimal dan Ujian Nilai sebagai pengganti UN. Kedua penilaian baru ini dirancang khusus untuk mensurvei dan meningkatkan kualitas pendidikan di tingkat nasional.
Namun menurut Irwan Prasetio, situasi tersebut berdampak pada lulusan SMA di Indonesia yang ingin belajar di berbagai negara Eropa seperti Belanda dan Jerman. Ternyata banyak universitas di Belanda dan Jerman yang tidak bisa langsung menerima siswa SMA asal Indonesia.
“Di website resmi University of Twente tertulis dengan jelas bahwa mulai tahun 2020 tidak ada lagi ujian nasional, dan setelah tahun 2020 lulusan SMA Indonesia tidak bisa langsung diterima di sana,” jelas Irwan Prasetio.
Menurutnya, jenjang pendidikan menengah kita tidak lagi dianggap setara dengan sekolah menengah di Belanda. Sayangnya, situasi ini tidak hanya terjadi di University of Twente, tapi juga di banyak universitas lain di Belanda.
“Ijazah SMA kita tergolong rendah dan hanya bisa digunakan untuk masuk SMA atau Universitas Ilmu Terapan,” jelas Irvan Prasetio.
Hogeskool adalah kata dalam bahasa Belanda yang merupakan singkatan dari University of Applied Sciences. Institusi pendidikan ini fokus pada penerapan praktis seni dan sains, serta mempersiapkan siswanya untuk profesi tertentu.
Menurut Irvan Prasetio, situasi serupa juga terjadi di Jerman. Persyaratan masuk Studienkolleg langsung dinaikkan ketika ujian nasional ditiadakan. Awalnya, lulusan SMA Indonesia bisa masuk Studienkolleg dengan nilai minimal 60. Sekarang skor minimum telah ditingkatkan menjadi 85.
Informasi ini pun langsung menarik perhatian warganet. Lulusan SMA di Indonesia kecewa karena ternyata keinginannya untuk belajar di Eropa semakin sulit.
Pengguna akun Instagram @achni*** mengkritik “Pembuat kebijakan adalah lulusan Harvard”.
Tanggung jawab @nadiemmakarim. Jangan diam, kata pemilik akun Instagram @idih***.
Jadi siapa yang bertanggung jawab sekarang? Rakyat selalu menjadi korban, tulis pemilik akun Instagram @aidrag***.
Hingga berita ini diturunkan, informasi yang dibagikan Irvan Prasetio telah disukai oleh 24.645 pengguna Instagram. Postingan tersebut juga dikomentari ratusan pengguna Instagram, banyak di antaranya yang mengungkapkan kekesalannya atas sulitnya anak-anak Indonesia belajar di Jerman dan Belanda.