Jakarta, prestasikaryamandiri.co.id – Ikatan Pengacara Muslim Indonesia (ALMI) melaporkan film Vina: 7 Hari Sebelumnya ke polisi pada Selasa (29/5/2024). Lebih spesifiknya, ALMI melaporkan produser Veena: Before 7 Days, Dhiraj Khalwani, sebagai pihak yang paling bertanggung jawab atas peredaran film kontroversial tersebut.

Ketua ALMI Zainul Arifin mengatakan kepada wartawan di Bareskrim Polri bahwa film tersebut sempat membuat heboh saat proses hukum sedang berjalan. Hal ini justru membingungkan masyarakat karena informasinya menyesatkan dan cenderung menyesatkan.

“Jika kasus ini menjadi kontroversi di media atau menjadi perdebatan di masyarakat, maka akan menimbulkan narasi negatif yang menghambat proses penegakan hukum yang dilakukan oleh penyidik ​​yang bekerja sama, dalam hal ini instansi kepolisian. kriminal,” katanya.

Ini bukan pertama kalinya upaya pemberitaan ALMI diarahkan pada beberapa kasus yang menyita perhatian publik. Sebelumnya, ALMI juga telah melaporkan beberapa kasus yang menarik perhatian publik.

ALMI pernah menjerat artis Rebecca Clopper atas dugaan informasi dan tindak pidana transaksi elektronik berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 yang mengubah Undang-Undang Nomor 11 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Pasalnya saat itu beredar video sensasional ke publik yang diduga disutradarai oleh Rebecca Clopper dan pasangannya.

“Kami sebagai Ikatan Pengacara Muslim Indonesia, sebagai bagian dari masyarakat, penyidik ​​Polda Metro Jaya mempunyai kepentingan hukum untuk menyampaikan laporan polisi ini agar kejadian pidana ini tidak terulang kembali,” kata Zainul Arifin. waktu

Selain Rebecca Clopper, ALMI melaporkan beberapa artis yang diduga aktif mempromosikan perjudian online. ALMI tidak main-main, ia mewakili 26 artis yang diyakini aktif mempromosikan game online melalui media sosial dan konten digital.

Seorang seniman, Ulan Guritno, menjadi fokus laporan ALMI. Pemeran Naga Banar Jaadi 2 itu diperiksa polisi.

Zainul Arifin mengatakan, laporan tersebut merupakan bentuk upaya edukasi untuk mendorong para seniman agar berhati-hati dalam menerima tawaran pekerjaan, terutama yang terkait dengan promosi game online.

“Karena ini menjadi pembelajaran bagi kita semua khususnya masyarakat untuk lebih memahami literasi digital,” tutupnya.

 

Kiriman serupa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *