Jakarta, prestasikaryamandiri.co.id – Produsen mobil asal China menjadikan Indonesia sebagai tujuan investasi kendaraan listrik. Sejumlah merek asal Tiongkok seperti Wuling, DFSK, Neta, dan BYD berkembang pesat di Indonesia. Namun, apa alasan produsen tirai bambu memilih Indonesia?
Pengawas Ekonomi Indonesia-China Anders C Johansson mengatakan, setidaknya ada lima faktor yang membuat produsen mobil, khususnya kendaraan listrik asal China, memutuskan berinvestasi di Indonesia.
“Mengapa produsen mobil listrik China berinvestasi di Indonesia? Saya sering mendapat pertanyaan seperti ini ketika berbicara tentang investasi baru-baru ini di China,” kata Anders, seperti dikutip dari akun LinkedIn-nya, Sabtu (29/06/2024).
Anders mengatakan ada lima faktor yang membuat produsen EV China berinvestasi di Indonesia.
Pertama, kebijakan industri Indonesia sudah bergeser ke arah hilir sehingga bisa memegang peranan penting. Indonesia memiliki cadangan nikel dan sumber daya lainnya yang melimpah, seperti kobalt.
“Ini menarik bagi para pemain kendaraan listrik Tiongkok yang beroperasi di berbagai tingkatan, mulai dari pertambangan hingga manufaktur kendaraan listrik,” katanya.
Kedua, pemerintah memastikan keadilan dalam industri kendaraan listrik dengan melakukan upaya hilirisasi, sehingga Indonesia menarik minat perusahaan asing di sektor tertentu.
“Pemerintah telah menjalin hubungan dengan produsen baterai dan kendaraan listrik internasional selama beberapa waktu, dan perusahaan-perusahaan Tiongkok menjadi semakin kuat dalam industri ini,” jelasnya.
Ketiga, Indonesia memiliki pasar domestik yang besar dan terus berkembang, didominasi oleh manufaktur mobil Jepang. Namun, kini pemain Tiongkok bisa menantang pabrikan Jepang, khususnya di industri mobil listrik.
Keempat, Indonesia juga menarik investasi dari Tiongkok dalam bentuk pertambangan, khususnya nikel. Nikel adalah elemen lama dalam baterai nikel kobalt aluminium (NCA) dan nikel mangan kobalt (NMC). Hal ini pula yang menjadi alasan CATL asal Tiongkok, produsen baterai mobil listrik terbesar di dunia, berinvestasi di Indonesia.
“Saya yakin jaringan yang berkembang pesat ini memudahkan perusahaan Tiongkok melakukan bisnis di negara seperti Indonesia,” kata Anders.
Kelima, kebijakan luar negeri Indonesia, permasalahan geopolitik, dan perang dagang juga menjadi faktor penentu. Penerapan kebijakan bebas aktif di Indonesia juga menjadi faktor positif.
“Geopolitik dan tren perdagangan internasional juga mendorong produsen Tiongkok untuk memperluas produksinya secara geografis,” tutup Anders.