Jakarta, prestasikaryamandiri.co.id – Staf Khusus Presiden Grace Natalie mengatakan kebijakan menjaga defisit anggaran APBN 2025 di bawah 3% menunjukkan komitmen berkelanjutan antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan presiden terpilih. Pilpres 2024, Prabowo Subianto.
Grace mengatakan, kebijakan tersebut diterapkan setelah adanya rapat koordinasi antara Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Keuangan Shri Mulyani, serta Satgas Sinkronisasi Prabowo-Gibran Sufmi Dasco dan Thomas Djiwandono.
“Pemerintahan Pak Prabowo akan menerapkan program pangan bergizi gratis. Sementara itu, kebijakan perpajakan yang hati-hati dari pemerintahan Pak Jokowi terus berlanjut. “Ini menunjukkan kesinambungan pemerintahan Jokowi ke pemerintahan Prabowo sangat nyata,” kata Grace dalam keterangan resmi, Rabu (26 Juni 2024).
Kebijakan yang ditempuh Grace ini akan meredakan kekhawatiran beberapa pihak, termasuk pelaku ekonomi.
“Selama sepuluh tahun menjabat, Pak Jokowi telah melaksanakan berbagai program yang memberikan manfaat nyata bagi masyarakat. Pemerintahan Pak Prabowo-Mas Gibran akan melanjutkan program sosial, khususnya program pangan bergizi. Stabilitas terlihat melalui koordinasi antara Pemerintah Dunia dan Satgas Sinkronisasi Prabowo-Gibran, kata Grace.
Diberitakan sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan situasi keuangan saat ini masih lemah karena berada di bawah batas aman sebesar 3%. Angka defisit APBN tersebut lebih baik dibandingkan dengan keadaan keuangan negara-negara Eropa.
Berdasarkan data Kementerian Keuangan (Kemenkeu), APBN mencatat surplus sebesar 75,7 triliun atau 0,33% PDB per 30 April 2024. Sementara itu, pemerintah dan Panitia Kerja Anggaran KHDR menargetkan defisit APBN pada tahun 2025. antara 2,29% dan 2,82% PDB.
“Kurang dari 3%,” kata Airlangga di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian di Jakarta, Jumat (21 Juni 2024), dilansir Investor Daily.
Dia mencontohkan defisit anggaran Jerman, Perancis dan Italia sebesar 5 hingga 7%. Bahkan Bank Sentral Eropa (ECB) mengingatkan negara-negara tersebut akan hal ini.
“Kalau kita lihat defisit anggaran negara-negara Uni Eropa rata-rata 5-7%. Alarm berbunyi di Eropa, bukan di Indonesia. Indonesia masih di bawah 3%. Jadi tenang, jangan panik,” kata Airlangga.