Jakarta, prestasikaryamandiri.co.id- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat harga beras anjlok pada April 2024, setelah naik selama delapan bulan berturut-turut sejak Agustus 2023.
Plt Direktur BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, jika melihat sejarah, antara Januari 2021 hingga Maret 2024, beras mengalami inflasi tertinggi pada April 2024 yakni mencapai 2,72% dan menyumbang laju inflasi sebesar 0,12%. Amalia saat konferensi pers di Kantor BPS Jakarta, Kamis (5/02/2024), mengatakan, “Hal ini sejalan dengan peningkatan produksi dan penurunan yang berdampak pada inflasi beras.”
Sementara itu, kelangkaan beras terjadi di 28 provinsi, satu provinsi mempunyai harga beras yang stabil dan 9 provinsi lainnya mengalami inflasi. Misalnya, beras termasuk dalam kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau.
Rata-rata harga pabrik pada April 2024 sebesar US$13.102 per bulan atau terkontraksi 8,04% dan meningkat 15,31% per tahun. Inflasi beras Grosir sebesar Rp13.835 per bulan, turun 4,77%, namun meningkat 14,07% per tahun.
Pada saat yang sama, inflasi ritel dari US$15.109 turun sebesar 2,72% tetapi meningkat sebesar 15,9% dibandingkan tahun lalu.
Kelompok makanan, minuman, dan tembakau mengalami inflasi setelah tiga tahun berturut-turut yang turut menyumbang laju inflasi pada saat lebaran yaitu April 2023, Mei 2022, dan Mei 2021. Produk yang menurunkan laju inflasi pada bulan ini antara lain cabai merah, beras, dan ayam kampung. . telur, paprika dengan porsi deflasi masing-masing sebesar 0,14%, 0,12%, 0,06% dan 0,04%.
Ia mengatakan, meski terjadi kelangkaan pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau, menurutnya banyak produk makanan yang mengalami inflasi. Bawang merah menjadi komoditas penyumbang laju inflasi tertinggi yaitu sebesar 30,75% pada komoditas ini. Bawang merah juga menyumbang laju inflasi secara keseluruhan sebesar 0,14%.