Depok, prestasikaryamandiri.co.id – Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, ketika mendengar kata “sekolah” dan “pendidikan”, gambaran pertama yang terlintas di benak mereka adalah anak-anak berseragam dan belajar di ruang kelas yang nyaman. Namun kenyataannya, pengetahuan tersebut tidak selalu demikian, khususnya di Indonesia.
Hal serupa terjadi di Terminal Mosque School atau Master School. Sekolah magister merupakan sekolah nonformal yang mendidik anak mulai dari Taman Kanak-Kanak (K) hingga pendidikan dewasa.
Didirikan 24 tahun lalu, sekolah ini memberikan pendidikan gratis dan saat ini memiliki 2.000 siswa dari berbagai tingkatan. Sekolah Master secara konsisten merekrut relawan dan siswa dari kelompok kurang mampu, khususnya anak jalanan.
“Anak-anak ini latar belakangnya berbeda-beda, rata-rata dari keluarga marjinal, antara lain pengamen, pencuri, dan kuli bangunan. Jadi mereka adalah orang-orang yang tidak punya pekerjaan tetap tapi bekerja. Pada dasarnya mereka masih dari keluarga berpendapatan rendah. Mereka tidak punya akses terhadap pendidikan yang terjangkau,” kata Nurokhim, pendiri sekolah magister sekaligus pengawasnya, kepada prestasikaryamandiri.co.id di Depok, Rabu (1/5/2024).
Nurokhim merintis sekolah gratis ini pada tahun 1996. Namun Sekolah Magister resmi berdiri pada tahun 2000. Karier Nurokhim selama puluhan tahun dimulai saat ia bergelut dengan pendidikan semasa kecil.
Nurokhim berpendapat bahwa sistem pendidikan yang ideal harus beradaptasi dengan keadaan keluarga yang berbeda.
“Perlu model pendidikan khusus yang berbasis budaya kearifan lokal, karakteristik anak dan lingkungan, dan model pendidikan lainnya harus dikembangkan. Kita selalu tahu ada pendidikan formal, nonformal, dan nonformal,” ujarnya. – dikatakan.
Dikatakannya, hal itu perlu dibangun dan diimbangi, sehingga sekolah tidak selalu memiliki meja pengajaran yang seragam, tapi bisa juga di wilayah pesisir dan pedalaman.
“Kehidupannya ada dan bisa beradaptasi dengan kehidupan lingkungan. Ini memerlukan pendekatan berbeda,” imbuh Nurokhim.
Nurokhim menjelaskan, kelas master menerima dana dari sumbangan dan dunia usaha yang bekerja sama dengan mahasiswa kelas master. Hingga saat ini, kelas master telah menghasilkan ribuan lulusan yang bekerja di bidangnya masing-masing.
“Pendidikan ini harus dirasakan dan dinikmati oleh semua lapisan dan kalangan, termasuk anak jalanan dan anak asing. Pendidikan tidak boleh ada yang kekurangan. Jangan jadikan pendidikan ini sebagai wadah komersialisasi, jadi tanggung jawab pemerintah. Ini gratis dan sekolah yang berkualitas,” ujarnya.
“Kompetensi yang relevan harus diciptakan bagi seluruh anak Indonesia agar dapat mengembangkan kompetensinya dan mengembangkan potensinya agar berdaya saing,” tutup Nurohim.