Mekkah, prestasikaryamandiri.co.id – Kiswah atau kain penutup Ka’bah baru dipasang pada Minggu (7/7/2024) atau sehari setelah Tahun Baru Islam (1 Muharram). Pada hari kesembilan bulan Kiswa Dzulhijjah, jejak Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya mengalami perubahan.

Konon setelah penaklukan Mekah pada tahun kesembilan Hijriah, Nabi Muhammad (damai dan berkah Allah besertanya) menutupi Ka’bah dengan pakaian Yaman saat menunaikan ibadah haji.

Kiswah diganti setahun sekali pada saat ibadah haji, setelah jamaah haji mendaki Gunung Arafa, sebagai persiapan penerimaan jamaah keesokan paginya, yang bertepatan dengan Idul Adha.

Warna penutup Ka’bah telah berubah secara teratur selama berabad-abad.

Nabi Muhammad (SAW) menutupinya dengan kain Yaman bergaris putih dan merah, Abu Bakar Siddiq, Umar bin Al-Khattab dan Utsman bin Affan menutupinya dengan kain putih. Ibnu Az-Zubayr menutupinya dengan kilau merah.

Pada masa Bani Abbasiyah, kiswah ditutup sekali dengan kain putih dan sekali lagi dengan kain merah. Sedangkan Sultan Seljuk melapisinya dengan brokat kuning. Khalifah Abbasiyah An-Nasser mengubah warna kiswah menjadi hijau lalu hitam, dan warna tersebut masih bertahan hingga saat ini.

Dr. Fawaz Al-Dahas, direktur Pusat Sejarah Mekah, mengatakan Ka’bah dulunya dilapisi warna putih, merah, dan hitam, dengan pilihan warna tergantung kondisi keuangan masing-masing zaman.

Kain Kubati merupakan salah satu jenis kain terbaik yang dibawa dari Mesir dan digunakan untuk menutupi Ka’bah. Kiswah Yaman juga merupakan kain berkualitas dan paling populer pada saat itu.

Tentang mengapa warna berubah seiring waktu, Al-Dahas mengatakan putih adalah warna paling terang, tapi tidak bertahan lama. Warna putih seringkali sobek, kotor setelah banyak disentuh oleh masyarakat. Karena tidak praktis dan tidak tahan lama, warna putih diganti dengan brokat hitam putih dan shimla yang digunakan untuk menutupi tenda Arab.

“Kondisi keuangan yang berbeda mempengaruhi jenis kain yang digunakan untuk kerudung Ka’bah,” tambah Al-Dahas.

Dia mencatat bahwa pandangan masyarakat terhadap kiswah kemudian berkembang, dan digantikan oleh brokat merah dan kain kubat Mesir. Juga antaa, karpet yang terbuat dari kulit.

“Setiap ada debu, kiswahnya diganti. “Ini terjadi pada masa kekhalifahan Rasyidin, Bani Umayyah, dan Abbasiyah.

Di penghujung masa Bani Abbasiyah, warna hitam akhirnya dipilih karena tahan lama dan tahan terhadap sentuhan jamaah haji dari seluruh dunia.

Seiring berlanjutnya musim umrah, kata Al-Dahas, kiswah ditempatkan di tengah Ka’bah untuk menjaganya dan mencegah orang menyentuhnya.

Buku sejarah menceritakan orang pertama yang menutup Ka’bah pada masa Jahili, yaitu Tubba al-Humayri, raja Yaman. Konon setelah mengunjungi Mekkah dan memasukinya, beliau menutup Ka’bah pada masa Jahiliyyah.

Para sejarawan yang mengkhususkan diri dalam sejarah Ka’bah menyebutkan dalam beberapa riwayat bahwa Al-Humayri menutupi Ka’bah dengan kain tebal yang disebut khasf dan kemudian dengan Maafir, yang awalnya dinamai sebuah kota kuno di Yaman.

Kemudian ditutup dengan kain tipis dan lembut yang disebut mila, rabita. Dia kemudian menutupi Ka’bah dengan wasail, kain Yaman bergaris merah.

Penerus Al-Humayri menggunakan penutup kulit, qubat dan banyak lainnya. Menutup Ka’bah dianggap sebagai kewajiban agama dan kehormatan besar pada masa pra-Islam.

Menurut beberapa riwayat, kiswah pada saat itu diletakkan di atas Ka’bah, dan bila sudah berat atau aus, kiswah tersebut dilepas atau dibelah.

Para ahli sejarah telah membenarkan dalam sebuah catatan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah orang pertama dalam Islam yang menutupi Ka’bah dengan qubatnya, kain putih tipis buatan Mesir.

Kiriman serupa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *