Jakarta, prestasikaryamandiri.co.id – Penonton yang membutuhkan alternatif film romantis bisa mencoba The Architecture of Love karya terbaru sutradara Teddy Soeriatmaja. Film yang diadaptasi dari novel berjudul sama karya penulis Ika Natassa ini akan tayang di bioskop Tanah Air mulai Selasa (30/4/2024).
The Architecture of Love bercerita tentang pencarian cinta setelah perpisahan yang tidak menyenangkan. Raia Risjad (Putri Marino) adalah seorang penulis terkenal yang tidak seberuntung itu dalam percintaan.
Setelah menceraikan suaminya yang selingkuh, Alam (Arifin Putra), Raya terbang ke New York untuk mengajukan blokade secara tertulis. Di sana Raya bertemu dengan River Yusuf (Nicolas Saputra), seorang arsitek di sebuah pesta.
River berusaha mengatasi kesedihan setelah istrinya yang sedang hamil tewas dalam kecelakaan mobil. Raia awalnya mencoba mengatur perjodohan dengan temannya, Erin (Jihane Almira), dengan Aga (Jerome Kurnia), yang merupakan adik laki-laki Rivers. Cinta segitiga ketiganya menjadi hiburan tersendiri bagi penontonnya.
Dari segi plot, The Architecture of Love atau dikenal dengan akronim TAOL merupakan film romantis pada umumnya. Meski ceritanya mudah ditebak, tak mengurangi kenikmatan menonton The Architecture of Love (2024). – (Penglihatan Bintang /-)
Seperti kebanyakan film romantis, The Architecture of Love penuh dialog klise. Meski beberapa momen membuat penonton merasa tidak nyaman, namun banyak juga adegan yang membuat penonton bersorak kegirangan tentang kisah cinta Raya dan River. Misalnya saja ketika penonton mengetahui bahwa Aga adalah adik dari River, dan suatu saat River mengetahui bahwa Aga juga mencintai wanita yang sama.
Lalu, saat Raia mengetahui siapa sebenarnya yang selama ini mengiriminya bunga, penonton seolah disuguhkan plot twist. Teddy Soeriatmaja berhasil membuat penonton merasakan detak jantung dan pikiran yang sama seperti perasaan yang dirasakan Raya dan River.
Dialog dalam film ini mudah diterima, dialog yang bisa dialami penonton dalam kehidupan cintanya sendiri. Misalnya, saat Teich mengajak Roy berkeliling New York, menceritakan kisah di balik gedung tersebut. Saat menjelajah New York, penonton seolah teringat akan tanggalnya masing-masing, meski tidak mengambil lokasi di New York.
Arsitektur Cinta juga menunjukkan sisi buruk cinta: rasa sakit dan perasaan campur aduk ketika seseorang menghilang begitu saja. Perjuangan menemukan cinta kembali setelah patah hati, serta gambaran bagaimana seseorang mengatasi kesedihan menjadi tema film berdurasi hampir dua jam ini.
Dari segi akting, The Architecture of Love tidak terlalu menekankan eksplorasi akting para bintang utamanya. Ketiga pemeran Putri Marino, Nicolas Saputra, dan Jerome Curnia (tiga peraih Piala Citra) tampak tampil dengan karakter yang biasa mereka perankan. Nicolas Saputra kembali berperan sebagai sosok yang dingin namun sangat membutuhkan cinta, Putri Marino adalah wanita yang terpengaruh oleh arah cinta, sedangkan Jerome adalah adik yang suportif.
Secara keseluruhan, The Architecture of Love merupakan film romantis yang sederhana, namun tetap berharga dan menarik untuk ditonton. Dialog dan adegan yang bisa terjadi dalam kehidupan cinta secara umum membuat penonton mudah terhubung dan menikmati filmnya.