Jakarta, prestasikaryamandiri.co.id – Raja Maori Selandia Baru, Kiingi Tuheitia Pootatau Te Wherowhero VII, meninggal dunia pada Jumat (30/8/2023) di usia 69 tahun, hanya beberapa hari setelah merayakan ulang tahunnya yang ke-18.

Dia adalah raja ketujuh dari gerakan Kiingitanga, sebuah program yang dibuat pada tahun 1858 untuk menyatukan masyarakat Maori di Selandia Baru dalam menghadapi penjajahan Inggris.

Menurut Rahui Papa, juru bicara Gerakan Raja Maori, Tuheitia menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit setelah operasi jantung. Pesan ini dipublikasikan melalui postingan di Instagram.

Dilansir AP, Gerakan Kiingitanga yang didirikan untuk menghentikan penjualan tanah kepada non-pribumi, menghentikan kekerasan, dan melindungi budaya Maori, memiliki peran penting meski hanya bersifat seremonial. Saat ini, suku Maori mencakup 20% populasi Selandia Baru.

“Kematian Raja Tuheitia merupakan kehilangan besar bagi para penggemar Kiingitanga, masyarakat Maori, dan seluruh dunia,” tulis Pope di media sosial.

Presiden Selandia Baru Christopher Luxon memberikan penghormatan kepada Tuheitia. Ia mengatakan bahwa komitmennya yang tak tergoyahkan terhadap rakyatnya dan upayanya untuk melestarikan budaya dan tradisi Kiingitanga sungguh menyentuh hati.

Raja Charles III, kepala negara Selandia Baru, dan Ratu Camilla, mengungkapkan kesedihan mereka atas meninggalnya Tuheitia.

“Saya telah mengenal Kiingi Tuheitia selama bertahun-tahun dan saya menghargai dedikasinya untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi suku Maori dan Aotearoa Selandia Baru, berdasarkan budaya, tradisi, dan filosofinya serta rasa sakit yang menjadi komitmennya untuk disembuhkan,” kata Charles dalam sebuah pernyataan.

Kiingi Tuheitia dijadwalkan untuk disemayamkan di Turangawaewae Marae selama lima hari sebelum dibawa ke tempat peristirahatan terakhirnya di Gunung Taupiri.

Kiriman serupa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *