Ulaanbaatar, prestasikaryamandiri.co.id – Presiden Rusia Vladimir Putin tiba di Mongolia pada Senin (2/9/2024), kunjungan pertamanya ke anggota Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) sejak pengadilan memutuskan penangkapannya tahun lalu.
Televisi pemerintah Rusia menayangkan kunjungan Putin di ibu kota Mongolia, Ulan Bator.
Pemimpin Rusia itu dicari oleh Mahkamah Internasional yang berbasis di Den Haag atas tuduhan penculikan anak-anak Ukraina.
Pihak Ukraina meminta pihak berwenang Mongolia untuk melaksanakan surat perintah penangkapan terhadap Putin. Sementara itu, ICC pekan lalu mengatakan bahwa semua anggota mempunyai kewajiban untuk menahan orang-orang yang dicari oleh pengadilan.
Dalam praktiknya, hanya sedikit yang bisa dilakukan untuk tidak mematuhi Ulan Bator, dan Kremlin mengatakan pekan lalu bahwa Putin tidak khawatir akan ditangkap saat ia berada di Mongolia.
ICC mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Putin pada Maret 2023, dengan mengatakan ada alasan yang masuk akal untuk meyakini bahwa Putin bertanggung jawab atas kejahatan perang berupa penculikan ilegal anak-anak Ukraina yang tinggal di wilayah yang dikuasai Rusia ke Rusia.
Kyiv mengatakan ribuan anak-anak Ukraina telah dipindahkan dari panti asuhan dan lembaga lainnya setelah pasukan Rusia menguasai sebagian besar negara itu dalam invasi tahun 2022.
Pemerintah Mongolia menolak surat perintah penangkapan karena tidak berpengaruh. Perjalanan ke Mongolia tersebut merupakan kunjungan pertama Putin ke negara anggota ICC dalam 18 bulan setelah perintah tersebut dikeluarkan.
Setelah penangkapan presiden Rusia pada Senin malam, Amnesty International memperingatkan bahwa tidak menangkapnya dapat merusak moral mantan mata-mata KGB tersebut, yang telah berkuasa selama hampir seperempat abad.
“Presiden Putin telah lolos dari keadilan,” kata Altantuya Batdorj, direktur eksekutif Amnesty International Mongolia, dalam sebuah pernyataan.
“Setiap perjalanan ke negara anggota ICC yang tidak mengakibatkan penangkapan merupakan dorongan bagi tindakan Presiden Putin saat ini dan harus dilihat sebagai bagian dari upaya strategis untuk melemahkan efektivitas ICC,” katanya.