Jakarta, prestasikaryamandiri.co.id – Nama pendiri dan CEO Telegram Pavel Durov tengah menjadi sorotan publik. Ia ditangkap di Prancis karena platform Telegram miliknya dituduh melakukan berbagai kejahatan hukum. Sisi kehidupan Pavel Durov yang jarang diketahui pun terungkap, termasuk kekayaannya yang mencapai Rp 239 triliun.
Menurut Forbes, aset Durov berjumlah $15,5 miliar. Seorang pengusaha kelahiran Rusia, Durov mengubah wajah dunia digital dengan diluncurkannya Telegram pada tahun 2013. Di bawah dominasi WhatsApp, Telegram berhasil menjadi pilihan utama bagi mereka yang mengutamakan privasi.
Rupanya Pavel Durov juga memiliki banyak kewarganegaraan. Seperti diberitakan AP, Kamis (29/8/2024), Pavel Durov, lahir di Rusia pada 10 Oktober 1984, kini memegang paspor dari Rusia, Prancis, Uni Emirat Arab, serta St.Kitts dan Nevis.
Durov pernah mengungkapkan bahwa dia menerima paspor Saint Kitts dan Nevis pada musim semi 2013, yang membuatnya lebih mudah melakukan perjalanan ke Uni Eropa dan Inggris tanpa visa. Pada tahun 2017, Durov menetap secara permanen di Dubai, tempat kantor Telegram juga beroperasi dari Dubai Media City. Kemudian, pada tahun 2021, Durov resmi menjadi warga negara Prancis.
Selain memiliki kewarganegaraan berbeda, Pavel Durov juga mengaku sebagai ayah dari lebih dari 100 anak kandung. Durov mengatakan dia telah mendonorkan spermanya di 12 negara berbeda selama 15 tahun terakhir. Kisah ini bermula ketika seorang sahabatnya yang sedang mengalami masalah ketidaksuburan memintanya untuk mendonorkan spermanya. Saat berkunjung ke klinik, Durov diberitahu bahwa dia adalah calon donor terbaik, yang pada akhirnya membantu banyak pasangan di seluruh dunia untuk memiliki anak.
“Aku baru tahu kalau aku punya lebih dari 100 anak kandung. Bagaimana mungkin seseorang yang belum pernah menikah dan lebih memilih hidup sendiri?” kata Durov.
Tuntutan pidana dan penahanan Pada Sabtu (24/8/2024), Durov ditangkap di bandara Le Bourget di Prancis, sebagai bagian dari penyelidikan platform Telegram, dengan tuduhan berbagai kejahatan hukum. Durov ditangkap karena Telegram diyakini kerap digunakan untuk menyebarkan pornografi anak dan peredaran narkoba. Telegram juga didakwa menolak memberikan informasi atau dokumen yang diminta penyidik.
Setelah empat hari diinterogasi, Durov dibebaskan dari tahanan polisi pada Rabu (28 Agustus 2024) dan akan segera diadili.
“Hakim investigasi telah mengakhiri penahanan Pavel Durov dan akan membawanya ke pengadilan untuk sidang pendahuluan dan kemungkinan dakwaan,” demikian bunyi pengumuman resmi dari kantor kejaksaan Paris, dilansir AP (29/8/2024).
Presiden Prancis Emmanuel Macron menegaskan penahanan Durov bukanlah tindakan politik, melainkan bagian dari penyelidikan independen. Macron mengatakan bahwa Prancis sangat berkomitmen terhadap kebebasan berpendapat, namun kebebasan ini harus dipertahankan dalam kerangka hukum, baik di jejaring sosial maupun dalam kehidupan nyata, untuk melindungi warga negara dan menghormati hak-hak dasar mereka.