Jakara, Beritasat.com-indonesia memiliki kemampuan dan kemampuan yang sangat baik untuk mengelola emisi karbon dioksida. Data dari Kantor Jasa Keuangan (OJJ) menunjukkan bahwa perdagangan batubara di Indonesia dicapai dengan RP2 9,21 miliar pada bulan September 2023, dengan ukuran 459 953 ton setara CO2.

Presiden Digital Carbon Association dari Indonesian Trust Council (IDCTA) Bambang Soesatyo mengatakan itu adalah gambaran kemampuan negara untuk mengelola emisi karbon. Selain itu, pemerintah juga telah mengeluarkan sejumlah ketentuan yang berkaitan dengan perdagangan karbon, termasuk Peraturan Presiden No 8 tahun 2021 dan peraturan OJJ No 14/2023, yang mengatur perdagangan dioksida -karbon melalui pasar emisi karbon dioksida.

“Indonesia juga bertujuan mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 31,89% tanpa bantuan internasional dan 43,2% dengan dukungan internasional pada tahun 2030” -Bambang dijelaskan selama pidato dalam konferensi digital dari 2024 yang dikutip oleh Investor Daily, Piątek (13/3 // ////////// 2024).

Bambang menambahkan bahwa dengan potensi besar Indonesia bisa menjadi pemain kunci di pasar emisi karbon dioksida global. Indonesia juga berkontribusi pada pasar sukarela atau bahu karbon sukarela (VCM) di Asia hingga 15% atau 31,7 ton yang setara dengan karbon dioksida (CO2E) dengan perkiraan nilai transaksi perubahan karbon $ 163 juta.

Sementara itu, Riza Suarga telah mengungkapkan bahwa presiden Digital Carbon Association of Indonesia (IDCTA) Riza Suarga harus membantu semua pembuat keputusan dalam perdagangan karbon di Indonesia.

“Tahun lalu, CDC 2023 berhasil menarik 248 peserta dari sekitar 50 negara. Tahun ini, kami berharap implementasi CDC dapat memberikan solusi yang lebih spesifik terkait dengan perdagangan batubara, serta digitalisasi,” jelas Riza.

Riza menjelaskan, CDC 2024 menggali lebih dalam pada kombinasi kecerdasan buatan (AI), Internet of Things (IoT) dan pasar emisi karbon dioksida. Karena mereka sadar akan pentingnya teknologi ini, konferensi ini akan menyoroti peran mereka dalam memastikan integritas proyek karbon, sambil mempelajari jalan -jalan baru pertumbuhan berkelanjutan.

Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemasok pinjaman alami dengan emisi dengan mekanisme nada CO2E 1,3 Giga dengan biaya $ 190 miliar.

Kemudian Mitra dan Pemimpin Pembangunan Berkelanjutan PWC, Yulian Sudyjno, mengatakan pasar batubara adalah solusi strategis untuk beralih ke operasi emisi rendah. Dia menambahkan bahwa pengembangan pasar batubara akan membantu Indonesia mencapai kontribusi target ke negara (NDC) dan netralitas karbon.

Mantan menteri Rachmat Wittoeelar juga ingat bahwa Indonesia paling baik menggunakan pasar emisi karbon dioksida. Dia meyakinkan bahwa jika potensi ini tidak dimaksimalkan, situs lain akan menerima peluang besar.

Berkat berbagai upaya dan kerja sama dengan partisipasi pemerintah, sektor swasta dan teknologi digital, Indonesia akan dapat membuka jalan bagi integrasi lebih lanjut dan pasar manajemen dioksida yang berkelanjutan karbon. 

Kiriman serupa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *