JAKARTA, prestasikaryamandiri.co.id – Perekonomian Indonesia bisa melambat jika konflik di Timur Tengah semakin parah menyusul serangan balasan Iran terhadap Israel. Pemerintah Indonesia sebelumnya telah menetapkan target pertumbuhan ekonomi tahun ini sebesar 5,2%. Pada tahun 2023, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,05%.
Ekonom dan mantan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menilai eskalasi konflik di Timur Tengah bisa menjadi kabar buruk bagi perekonomian Indonesia.
“Sebelum adanya update, semua pihak sudah yakin bisa mencapai target pertumbuhan ekonomi 5%, namun jika update lebih besar, memakan waktu lebih lama atau membawa ketidakpastian bagi semua pihak, maka akan menjadi tantangan untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 5%. ,” kata Bambang dalam percakapan virtual yang dipantau Zoom, Senin (15 April 2024).
“Kemungkinan akan turun (sebesar 5%) menjadi 4,6% hingga 4,8% karena gangguan pada keseimbangan eksternal, inflasi yang mendasarinya, dan ketergantungan kita yang besar pada konsumsi domestik sebagai sumber pertumbuhan kita,” tambah Bambang.
Bambang mengatakan Indonesia hanya bisa mencapai pertumbuhan 5% tahun ini jika mengandalkan dampak ekonomi dari pemilihan kepala daerah. Maklum, pada 27 November 2024 mendatang, masyarakat Indonesia akan melakukan pemungutan suara untuk memilih pemimpin daerah, termasuk gubernur provinsi.
Sebelumnya, pada 14 Februari 2024, Indonesia menyelenggarakan pemilu 2024 untuk memilih presiden, wakil presiden, dan anggota DPR pusat dan daerah. Bambang sendiri menilai potensi ekonomi pemilu kali ini akan berbeda dengan pemilu sebelumnya.
“Kalau kita melihat dampak pemilu, pemilu tahun ini berbeda dengan pemilu sebelumnya. Saat ini masyarakat menggunakan media sosial (untuk mempromosikan calonnya), sehingga konsumsi tidak banyak berdampak selain konsumsi data atau internet. Tidak jauh berbeda, meski intensitas “aktivitas fisik tetap memungkinkan,” kata Bambang.
Dalam kesempatan lain, ekonom Bhima Yudhistira dari Pusat Studi Ekonomi dan Hukum (Celios) mengutarakan pendapat serupa. Dia menilai konflik Iran dan Israel dapat berdampak pada ekspor Indonesia ke Timur Tengah, Afrika, dan Eropa.
“Penurunan ekspor akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat menjadi sekitar 4,6% hingga 4,8% pada tahun ini,” kata Bhima dalam wawancara dengan The Jakarta Globe, Senin (15 April 2024).
Bima juga menilai konflik Iran dan Israel dapat berdampak pada harga minyak dunia sehingga menyebabkan tingginya subsidi energi di Indonesia dan melemahnya nilai tukar rupiah. Selain itu, konflik di Timur Tengah juga meningkatkan risiko geopolitik dan berdampak pada keluarnya modal asing dari negara-negara berkembang.
“Konflik juga dapat memicu inflasi akibat kenaikan harga energi sehingga semakin menekan daya beli masyarakat. Terganggunya rantai pasokan global akibat perang berarti produsen harus mencari bahan mentah di tempat lain dan tentu saja kenaikan biaya produksi juga akan meningkat.” bagi konsumen,” ujarnya.
Sebelumnya, laporan terbaru dari ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO) menyebutkan produk domestik bruto (PDB) riil Indonesia bisa tumbuh hingga target 5,2% pada tahun ini. Namun, laporan AMRO dirilis sebelum Iran merespons Israel.