JAKARTA, prestasikaryamandiri.co.id- Presiden dan Wakil Presiden terpilih Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 8%. Untuk mencapai tujuan ini, Indonesia perlu menarik investasi lebih dari Rp 10.000 triliun.

Fakhrul Fulvian, Kepala Ekonom Trimega Securities, mewakili tim teknis Prabowo-Gibran, mengatakan tujuan tersebut hanya dapat dicapai melalui program pemerintah seperti makanan bergizi gratis.

“Apakah ekonomi bisa tumbuh 8%? Jelas tidak mungkin jika hanya bergantung pada pemerintah melalui makanan bergizi gratis dan sebagainya. “Kalau dihitung-hitung, investasi untuk mencapai pertumbuhan tinggi itu lebih dari Rp 10.000 triliun,” kata Fakhrul hari ini dalam diskusi publik di Lembaga Penelitian Ekonomi dan Sosial (LPEM) Universitas Indonesia di Jakarta. Rabu (18/9/2024).

Menurutnya, untuk mencapai kebutuhan investasi Rp 10.000 triliun dalam 5 tahun, diperlukan kerja sama antara pemerintah dan swasta. “Jadi kita lihat bagaimana 8% itu bisa dicapai dengan tiga jenis pemikiran pada dasarnya,” tutupnya.

Fakhrul mengusulkan strategi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8%, yaitu dengan mengelompokkan kegiatan kelompok pertumbuhan berkelanjutan ke dalam tiga jalur, antara lain kegiatan perusahaan besar global, perusahaan besar Indonesia, dan UMKM.

Klasifikasi aktivitas dibagi berdasarkan target pasar utama, integrasi rantai pasokan global, kebutuhan modal, teknologi, keterampilan bakat dan sumber modal selain ekuitas. “Kita melihat sumber daya dan kegiatan ekonomi ini kita bagikan sesuai dengan kemampuan masing-masing. Penerapannya pada perusahaan besar, penerapan lokal pada perekonomian kita, dan penerapan pada usaha mikro, kecil, dan menengah,” jelasnya.

Dalam visi strategis ini, perusahaan menelusuri aktivitas perusahaan-perusahaan besar global, fokus pada proyek pusat data kecerdasan buatan (AI), regenerasi hulu, hilir nikel, tembaga, timah, bauksit, dan Capital Indonesia (IKN).

Kemudian, pada jalur kedua, aktivitas perusahaan-perusahaan besar Indonesia fokus pada proyek pembangkit energi baru terbarukan (EBT), transmisi listrik, penyulingan bioetanol dan biodiesel, tanggul laut raksasa, perdagangan karbon, pariwisata kelas atas, dan penyimpanan pangan nasional.

Sedangkan jalur ketiga yang fokus pada proyek kegiatan UMKM, makan gratis, renovasi sekolah, perumahan, rumah MBR, infrastruktur desa, pangan desa, pariwisata, hilirisasi pangan, dan penerbangan internasional.

“Jadi di jalur satu sebisa mungkin tidak masuk koridor dua. Mereka yang berada di Koridor Dua setidaknya tidak akan menuju Koridor Tiga. Karena masalah paling umum dalam perekonomian kita saat ini adalah perusahaan-perusahaan besar melakukan konsolidasi untuk bermain di ruang yang lebih kecil. “Yang seharusnya kuotanya untuk UMKM atau usaha kecil, makanya kita bagi-bagi,” jelasnya.

Kiriman serupa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *