Bogor, prestasikaryamandiri.co.id – Menteri Perencanaan Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan tekad Indonesia untuk menjadi anggota penuh Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) dalam tiga tahun ke depan. Hal tersebut disampaikan Airlangga pada Selasa (28 Mei 2024) usai melakukan perjalanan bersama Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menerima Sekretaris Jenderal OECD Mathias Cormann di Istana Kepresidenan Bogor.
“Presiden telah mengeluarkan Keputusan Tim Nasional Persiapan dan Percepatan Aksesi Indonesia ke OECD dalam waktu tiga tahun,” kata Airlangga, Selasa (28/5/2024).
Airlangga menjelaskan, pemerintah akan terus mendorong anggota OECD untuk membentuk Project Management Office (PMO) untuk mendukung tim nasional dan memasukkannya ke dalam RPJPN dan RPJMN.
Airlangga juga menyampaikan, ada pembelajaran dari banyak negara baru OECD yang mampu mencapai kinerja ekonomi lebih baik, seperti Kosta Rika yang mampu menurunkan defisit anggaran hingga 5% PDB pada tahun 2021.
Negara lainnya termasuk Kolombia, yang telah mengurangi suap asing dengan menerapkan Konvensi Anti-Suap OECD, serta Lituania dan Chili, yang dapat menyelesaikan masa keanggotaan mereka dalam waktu tiga tahun.
“Mantan presiden mengatakan akan membentuk tim untuk hal ini dan juga mendorong masuknya OECD ke dalam rencana pembangunan berkelanjutan Indonesia. Kita sudah melihat angkanya turun hingga 0,5%, tapi Indonesia jauh lebih rendah dari itu,” ujarnya .
Terkait proses aksesi Indonesia saat ini, Indonesia mendapat dukungan teknis dan non-teknis dari banyak negara sahabat anggota OECD. Dukungan dalam bentuk peningkatan kapasitas, pendanaan dan komunikasi diberikan oleh Australia, Belanda dan banyak negara lainnya. Selain itu, Jepang memberikan bantuan teknis khusus melalui Japan International Cooperation Agency (JICA).
Setelah mencapai tahap persetujuan Peta Jalan OECD, langkah selanjutnya yang harus diambil pemerintah adalah tinjauan sukarela, diikuti dengan persiapan nota kesepahaman awal, yang diharapkan selesai dalam waktu 250 hari.
“Sebelum perbincangan Presiden dengan Sekjen Cormann, mereka juga membahas isi proses OECD (DEFA), dan ini juga merupakan proses pembelajaran di OECD,” kata Airlangga.
Selanjutnya, Sekretaris Jenderal Cormann harus mengunjungi kembali Indonesia pada akhir tahun 2024 untuk melakukan survei ekonomi. Kajian ini merupakan bagian dari dukungan OECD yang diharapkan dapat mendorong investor untuk terus berinvestasi di Indonesia, sehingga Indonesia dapat memperbaiki lingkungan investasinya dan menjadi negara yang serupa dengan negara anggota OECD saat ini dalam hal pengembangan regulasi.
“Sebelumnya juga disebutkan bahwa OECD juga akan melakukan kajian terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini merupakan bagian dari dukungan OECD untuk memperbaiki lingkungan investasi dan menjadikan Indonesia sebagai negara yang setara. Investor akan dapat meningkatkan investasinya di Indonesia karena itu merupakan perkembangan hukum,” tutupnya.