Tokyo, prestasikaryamandiri.co.id – Gunung Fuji yang ikonik di Jepang terkenal dengan lapisan saljunya yang abadi. Namun, pada November 2024, lapisan salju di gunung tersebut menghilang untuk pertama kalinya dalam 130 tahun.
Hal ini mungkin disebabkan oleh suhu yang luar biasa tinggi dalam beberapa minggu terakhir.
Minimnya salju di Gunung Fuji, Situs Warisan Dunia UNESCO, membuat Badan Meteorologi Jepang (JMA) khawatir.
Biasanya, lapisan salju di puncak gunung setinggi 3.776 meter itu turun mulai 2 Oktober, sekitar sebulan setelah berakhirnya musim pendakian musim panas. Tahun lalu, salju turun di gunung pada tanggal 5 Oktober.
Gunung Fuji yang bebas salju telah menarik perhatian media sosial. Orang-orang mengunggah foto pegunungan yang gundul, ada yang mengatakan mereka terkejut dan ada pula yang khawatir dengan perubahan iklim.
Biro Cuaca Kofu setempat JMA, yang menyimpan data cuaca di Jepang tengah dan merupakan badan yang mengumumkan hujan salju pertama di Gunung Fuji pada tahun 1894, mengaitkan cuaca musim panas yang menakjubkan pada Oktober 2024.
Suhu rata-rata di bulan Oktober mencapai minus 2 derajat Celcius pada puncaknya, namun tahun ini suhunya mencapai 1,6 derajat Celcius, suhu tertinggi yang tercatat sejak tahun 1932.
Jepang juga mengalami musim panas yang luar biasa panas dan musim gugur yang hangat tahun ini.
Sebagai simbol Jepang, gunung bernama Fujisan ini dulunya merupakan tempat ziarah. Gunung ini, dengan puncaknya yang tertutup salju dan lereng yang hampir simetris, telah menjadi subjek berbagai bentuk seni, termasuk Tiga Puluh Enam Pemandangan Gunung Fuji karya seniman ukiyo-e Jepang Katsushika Hokusai.
Saat ini, hal tersebut menarik para pendaki yang mendaki ke puncak untuk menyaksikan matahari terbit. Namun banyaknya sampah dan kepadatan yang berlebihan telah menimbulkan kekhawatiran dan perlunya perlindungan lingkungan serta tindakan untuk mengendalikan kepadatan yang berlebihan.