Teheran, prestasikaryamandiri.co.id – Serangan langsung pertama Iran ke Israel pada 13 April 2024 membawa fokus baru pada kemampuan pertahanan udara kedua negara. Ratusan drone dan rudal Iran menghantam wilayah Israel dengan bantuan sekutu yang mencoba menembak jatuh mereka di udara.

Kini para pemimpin Israel sedang mempertimbangkan cara terbaik untuk merespons serangan tersebut.

Israel dikabarkan melancarkan serangan Jumat dini hari (19/4/2024) terhadap Iran yang disebut-sebut menyasar radar militer.

Berikut gambaran angkatan udara dan sistem pertahanan udara kedua negara:

Iran Iran Iran (IISS), Angkatan Udara Iran memiliki 37.000 personel. Namun, karena sanksi internasional selama beberapa dekade telah menghalangi negara tersebut untuk memperoleh peralatan militer berteknologi tinggi terbaru,

Angkatan udara Iran hanya memiliki puluhan pesawat serang yang beroperasi, termasuk jet Rusia dan model lama Amerika yang diperoleh sebelum revolusi Iran tahun 1979.

Menurut IISS, Teheran memiliki satu skuadron yang terdiri dari sembilan pesawat tempur F-4 dan F-5, satu skuadron jet Sukhoi-24 buatan Rusia, dan beberapa jet MiG-29, F7, dan F14.

Iran juga memiliki pesawat tak berawak (drone) yang dirancang untuk terbang menuju sasaran dan meledak. Para analis meyakini jumlah persenjataan drone ini hanya berjumlah ribuan. Selain itu, menurut mereka,

Iran memiliki lebih dari 3.500 rudal permukaan-ke-permukaan, beberapa di antaranya membawa hulu ledak setengah ton. Namun, jumlah yang dapat mencapai Israel mungkin lebih sedikit. Rudal Iran dipamerkan pada parade Hari Tentara di pangkalan militer di Teheran utara, Iran, Rabu, 17 April 2024. – (AP/AP)

Panglima Angkatan Udara Iran, Amir Vahedi, mengatakan Sukhoi-24 berada dalam kondisi kesiapan terbaik untuk melawan potensi serangan Israel. Namun ketergantungan Iran pada jet Sukhoi-24, yang pertama kali dikembangkan pada tahun 1960an, menunjukkan kelemahan angkatan udaranya.

Untuk pertahanan, Iran mengandalkan campuran rudal dan sistem pertahanan udara permukaan-ke-udara yang diproduksi di dalam negeri dan Rusia. Teheran menerima sistem antipesawat S-300 dari Rusia pada tahun 2016, yang merupakan sistem rudal permukaan-ke-udara jarak jauh yang mampu menyerang banyak sasaran secara bersamaan, termasuk pesawat terbang dan rudal balistik.

Iran juga memiliki platform rudal permukaan-ke-udara Bavar-373 yang diproduksi di dalam negeri, serta sistem pertahanan Sayyad dan Raad.

Fabian Hinz, peneliti di IISS, mengatakan jika terjadi konflik besar antara kedua negara, Iran kemungkinan besar akan fokus pada keberhasilan sesekali. Negara tersebut dinilai belum memiliki pertahanan udara komprehensif seperti Israel.

Israel                      kali 35 pejuang. Jet tempur ini berperan besar dalam menjatuhkan drone Iran selama akhir pekan.

Angkatan udara Israel kekurangan pesawat pembom jarak jauh, meskipun armada Boeing 707 yang lebih kecil berfungsi sebagai kapal tanker pengisian bahan bakar yang memungkinkan pesawat tempurnya mencapai Iran untuk peluncuran rudal Israel ke wilayah Iran. – (YouTube.com/LiveNOW FOX)

Sebagai pionir teknologi drone, Israel memiliki pesawat Heron tak berawak yang mampu terbang lebih dari 30 jam, cukup untuk operasi jarak jauh. Amunisi nyasar Delilah diperkirakan memiliki jangkauan 250 km (155 mil).

Israel diyakini secara luas telah mengembangkan rudal permukaan-ke-permukaan jarak jauh, meskipun mereka menyangkal hal tersebut. Pada tahun 2018, Menteri Pertahanan saat itu Avigdor Lieberman mengumumkan bahwa tentara Israel akan memperoleh kekuatan rudal baru.

Pihak militer belum mengatakan sejauh mana rencana tersebut kini berjalan.

Sistem pertahanan udara berlapis yang dikembangkan dengan bantuan Amerika Serikat setelah Perang Teluk tahun 1991 memberi Israel beberapa opsi tambahan untuk menembak jatuh drone dan rudal jarak jauh Iran.

Sistem pertahanan udara di ketinggian tertinggi adalah Arrow-3, yang mencegat rudal balistik di luar angkasa. Model sebelumnya, Arrow-2, dioperasikan pada ketinggian yang lebih rendah.

Rudal David’s Sling jarak menengah dapat melawan rudal balistik dan rudal jelajah.

Sementara itu, Iron Dome jarak pendek mampu mengalahkan jenis roket dan mortir yang digunakan oleh milisi dukungan Iran di Gaza dan Lebanon.

“Pertahanan udara Israel bekerja dengan baik selama serangan Iran pada 13 April,” kata Sidharth Kausha, peneliti di Royal United Strategic Institute di London.

Kiriman serupa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *