Houston, prestasikaryamandiri.co.id – Penjelajah Endurance milik NASA mungkin telah menemukan tanda-tanda kehidupan purba di bebatuan planet Mars. Para ilmuwan di tim tersebut bersemangat namun tetap berhati-hati, karena analisis lebih lanjut diperlukan untuk mengonfirmasi penemuan tersebut.
Pesawat luar angkasa tersebut menemukan batuan berbentuk mata panah dengan ciri-ciri kimia dan struktur yang mungkin terbentuk oleh kehidupan mikroba miliaran tahun yang lalu, ketika kondisi di Mars jauh lebih basah dibandingkan saat ini. Di dalam batuan tersebut, kegigihan telah mengungkap senyawa organik yang merupakan pendahulu kimia kehidupan.
Batuan tersebut mengandung urat kalsium sulfat, yang merupakan endapan mineral yang menunjukkan bahwa air, yang penting bagi kehidupan, pernah meresap ke dalam batuan.
Pesawat luar angkasa itu juga menemukan bintik-bintik berukuran puluhan milimeter, masing-masing dikelilingi cincin hitam dan menyerupai bintik macan tutul. Cincin-cincin ini mengandung besi dan fosfat, yang juga ditemukan di bumi sebagai hasil reaksi kimia yang disebabkan oleh mikroba.
“Bintik-bintik ini sangat tidak terduga,” kata David Flannery, ahli astrobiologi dan anggota Endurance Science Group di Queensland University of Technology di Australia.
“Di Bumi, ciri-ciri batuan seperti itu sering dikaitkan dengan catatan fosil mikroba bawah tanah,” jelasnya.
“Ketiga hal ini yang belum pernah kita lihat sebelumnya di Mars,” kata ilmuwan tim Perseverance Morgan Cable dalam video yang diunggah NASA, Kamis (25/7/2024).
Mars adalah rumah bagi apa yang oleh NASA dijuluki Air Terjun Chiava, terletak di tepi lembah sungai kuno selebar 400 meter yang dikenal sebagai Lembah Neretva. Para ilmuwan menduga saluran kuno ini terbentuk sejak lama oleh arus deras di kawah Jezero.
Namun, ciri-ciri yang terlihat pada batu tersebut bukanlah bukti konklusif adanya kehidupan mikroba purba di Mars. Kalsium sulfat yang diamati mungkin telah memasuki batuan pada suhu yang sangat tinggi, mungkin selama peristiwa vulkanik di dekatnya. Apakah reaksi kimia non-biologis dapat menyebabkan bintik hitam masih menjadi pertanyaan terbuka, kata para ilmuwan.