Jakarta, prestasikaryamandiri.co.id – Sentimen negatif keuangan yang berdampak pada pasar global menghambat penumpukan dana di pasar modal yang menunggu investor pasca pemilu hingga 5 Juli 2024, menurut laporan Bursa Efek Indonesia (BEI). terkumpul hingga Rp 100 triliun. Jumlah tersebut terkoreksi 35% dibandingkan semester I 2023 yang mencapai 154,13. triliun drama.
Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Geoffrey Hendrick mengatakan, data Ernst & Young menunjukkan jumlah perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana (IPO) serta nilai dana global yang dihimpun turun masing-masing sebesar 12% dan 16%. (disetahunkan) pada semester pertama tahun 2024 dibandingkan dengan paruh pertama tahun 2023.
“Penurunan nilai dan volume IPO terjadi terutama di kawasan Asia-Pasifik atau negara berkembang, dengan nilai dana yang dihimpun dalam IPO Asia-Pasifik turun sebesar 73% (year-on-year),” jelasnya kepada media pada Rabu (10). /7/2024).
Jefferies menambahkan, lemahnya pengumpulan dana disebabkan oleh sentimen kenaikan suku bunga. Hal ini berdampak pada penurunan likuiditas di pasar keuangan global di negara-negara maju seperti Tiongkok dan Hong Kong. Selain itu, risiko geopolitik juga menjadi alasan yang menghalangi investor untuk berinvestasi.
“Sementara di dalam negeri, ini adalah masa penantian pemilu, dan lebih dari 60 negara juga memilih presiden baru tahun ini,” ujarnya.
Meski demikian, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal dan Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Inarno Jajadi optimistis penggalangan dana pasar modal mampu mencapai target Rp 200 triliun.
Berdasarkan data penawaran umum tahun ini, nilai penawaran umum didominasi oleh penerbitan surat utang dan/atau sukuk (EBUS) yang mencapai Rp 80,13 triliun atau 66,78% nilainya. Rp 36,30 triliun atau 30,25% maka IPO ekuitas setara menjadi Rp3,56 triliun atau 2,97%.
Berdasarkan data historis selama lima tahun terakhir, dari sisi jumlah penawaran umum, penerbitan EBUS merupakan yang tertinggi dengan total 84 penawaran umum, 25 IPO, peringkat ketiga, dan total 11 untuk PUT. tertinggi keempat. Menghargainya,” ujarnya.
Secara terpisah, Direktur Penilaian BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan meski penggalangan dana melambat, minat masyarakat terhadap perusahaan menjanjikan masih kuat.
Hingga saat ini, BEI memiliki 24 perusahaan yang sedang dalam proses pencatatan saham. Perusahaan-perusahaan tersebut terbagi dalam berbagai kelas aset dan sektor industri.
“Aset kecil dengan aset di bawah Rp 50 miliar meliputi tiga perusahaan, 15 perusahaan merupakan aset menengah dengan total aset antara Rp 50 miliar hingga Rp 250 miliar, dan enam perusahaan termasuk dalam aset besar dengan aset berkisar antara Rp 250 miliar : dari satu miliar,” Newman menyimpulkan.