JAKARTA, prestasikaryamandiri.co.id – Pada periode terakhir Presiden Joko Widodo (Jokowi), kekuatan para menteri utama Indonesia dipertanyakan. Yang memprihatinkan adalah perbedaan informasi antara Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadzir Effendi dan Menteri Koordinator Perekonomian Airlanga Hartarto tentang dukungan sosial bagi korban internet.

Fokus perhatian datang dari pernyataan Muhadjir Effendy bahwa korban perjudian online bisa mendapat bantuan masyarakat. Terakhir, Muhadjir mengklarifikasi bahwa yang dimaksud dengan korban adalah keluarga pemain online tersebut.

Namun Airlangga Hartarto berpendapat berbeda. Pada kesempatan lain, Airlangga menegaskan APBN tidak memiliki bantuan sosial (BANSO) bagi keluarga yang terkena dampak perjudian online. Ia juga mengakui belum adanya koordinasi terkait bantuan sosial bagi keluarga korban kejahatan siber.

Arifki Chaniago, Analis Politik dan Direktur Eksekutif Aljabar Strategis Indonesia, melihat perbedaan pernyataan kedua menteri koordinator tersebut sebagai tanda adanya konflik di kabinet. Kata dia, sebaiknya ada pembahasan di kabinet sebelum menyampaikan hal berbeda kepada masyarakat.

“Ketika Menteri Muhadjir dan Menteri Erlanga berbeda pendapat tentang perjudian online untuk mendapatkan bantuan masyarakat, ada salah satu menteri yang mengatakan bahwa masyarakat yang menjadi korban perjudian bisa online untuk mendapatkan bantuan masyarakat, artinya tidak banyak, tapi berapa banyak dari mereka yang bisa mendapatkan bantuan publik melalui internet. menteri, di balik layar. Dibandingkan dengan perdebatan,” kata Arifaki kepada prestasikaryamandiri.co.id, Selasa (18/6/2024).

Arifaki menganalisis kontroversi tersebut dijadikan sebagai situasi politik dan peluang untuk mendongkrak popularitas sejumlah menteri di akhir pemerintahan Jokowi.

“Hal ini terkait dengan melihat posisi para menteri yang bersatu dalam permasalahan tersebut, apakah mereka ingin naik ke posisi saling berpendapat ‘itele, apakah itu cara pandang yang nyata terhadap hal tersebut dan dia dikenal sebagai ahlinya. area ini’. ujar Arifaki.

“Saya yakin keuntungan dari tidak memihak rakyat adalah para menteri mengejar popularitas di media dibandingkan perkembangan mereka di media dan kebanyakan dari mereka menghindari pembicaraan tentang hal itu,” katanya.

Arifaki mengaku tak kaget dengan munculnya kembali perbedaan pendapat antar menteri di penghujung masa jabatan Indonesia Maju. Dalam hal ini, dia mengaku berupaya menunjukkan beberapa menteri bisa ikut bergabung dengan presiden terpilih Prabowo Subanto di pemerintahan berikutnya.

“Saya kira di akhir masa jabatan Jokowi, para menteri Jokowi akan menunjukkan bukti bahwa mereka bisa bekerja dan saya kira ini adalah tawaran atau pengaruh yang akan diterima atau dibaca oleh para menteri Jokowi, baik mereka menjadi menteri atau bukan. . Tn. Prabo ke depan,” jelasnya

Kata dia, tak heran jika menteri punya kepentingan politik lain setelah masa pemerintahannya. Namun menurut perkataannya, Pendeta harus bekerja untuk kepentingan umum karena pekerjaan pelayanan tidak boleh dilakukan untuk dirinya sendiri. 

Kiriman serupa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *