Jakarta, prestasikaryamandiri.co.id – Pengamat kebijakan publik Achmad Nur Hidayat menyoroti persoalan disharmoni antar menteri di Kabinet Tingkat Tinggi Indonesia (KIM) di akhir pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Menurut dia, disharmoni ini bisa berujung pada melemahnya pelayanan publik.

“Yang muncul dari disharmoni menteri di kabinet adalah melemahnya pelayanan publik,” kata Achmad kepada prestasikaryamandiri.co.id, Sabtu (15/6/2024).

Achmad mengatakan penyelenggaraan pelayanan publik bisa terganggu. Selain itu, hubungan yang sumbang juga dapat menyebabkan melemahnya koordinasi.

Hal ini dapat menjadikan pemerintahan tidak efektif dan pada akhirnya mengakibatkan pelayanan publik tidak terlaksana dengan baik.

“Misalnya kita masih butuh Internet di daerah perbatasan. Sebenarnya Internet di daerah perbatasan misalnya bisa disediakan oleh Starlink. Jadi kenapa tidak dikoordinasikan?” jelas Ahmad.

Misalnya saja penyedia yang sudah ada di Indonesia, tetap pada domainnya saat ini dan tidak berubah, tapi Starlink fokus di wilayah perbatasan, lanjutnya.

Menurut Achmad, jika hal ini terkoordinasi dengan baik, pasti akan ada titik temu. Namun jika ada perbedaan pendapat mengenai kehadiran Starlink, maka yang paling dirugikan adalah masyarakat, terutama yang berada di daerah terpencil yang tidak memiliki listrik atau internet.

Sebelumnya, ada rasa kurang koordinasi antara Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia dan Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie terkait kerja sama investasi jaringan internet Starlink.

Kasus tersebut terungkap setelah Bahlil mengaku kementeriannya tidak terlibat dalam investasi Starlink di Indonesia. Bahkan tim Bahlil tidak pernah mengadakan diskusi teknis mengenai layanan Internet Elon Musk.

Berdasarkan data Online Single Shipment (OSS), nilai investasi perusahaan sangat minim, Rp 30 miliar, dan mempekerjakan 3 orang di Indonesia.

Kiriman serupa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *