Berlin, prestasikaryamandiri.co.id – David Lammy, Menteri Luar Negeri Inggris yang baru, menyatakan negaranya kini menginginkan posisi seimbang terkait perang di Timur Tengah. Mereka akan menggunakan upaya diplomatik untuk mengamankan gencatan senjata dan membebaskan sandera dari milisi Hamas Palestina.

Pengumuman itu disampaikan Lammy dalam kunjungannya ke Jerman, kunjungan kenegaraan resmi pertamanya sejak memimpin pemerintahan Partai Buruh Inggris setelah meraih suara mayoritas di parlemen pasca pemilu 5 Juli 2024.

Kemenangan Partai Buruh mengakhiri 14 tahun kepemimpinan Partai Konservatif. Hasil tersebut juga membawa pemimpin Partai Buruh Keir Starmer berkuasa sebagai Perdana Menteri.

“Waktunya telah tiba bagi Inggris untuk berhubungan kembali dengan dunia luar,” kata Lammy dalam sebuah wawancara di Berlin.

“Saya ingin kembali pada posisi seimbang di sekitar Israel dan Gaza. Kami sangat jelas ingin melihat gencatan senjata. Kami ingin melihat para sandera,” ujarnya, Sabtu (6/7/2024).

“Pertempuran (di Gaza) harus dihentikan, bantuan harus diterima, dan saya akan menggunakan semua upaya diplomatik untuk memastikan bahwa kita mencapai gencatan senjata,” katanya.

Meski memiliki mayoritas di Parlemen, Partai Buruh Inggris gagal meraih suara signifikan di wilayah berpenduduk Muslim. Warga Muslim Inggris tidak senang dengan cara pemerintah mereka menangani perang di Gaza.

Upaya gencatan senjata di Gaza dan pembebasan sandera semakin intensif pada Jumat lalu setelah Hamas mengajukan proposal untuk mengubah ketentuan perjanjian, dan Israel mengatakan negosiasi akan dilanjutkan minggu depan.

Lammy juga mengatakan Inggris akan berusaha untuk menegaskan kembali posisinya secara global dalam sejumlah isu, termasuk krisis iklim dan hubungan penting dengan negara-negara Eropa dan berkembang.

“Mari kita lupakan tahun-tahun Brexit, kita bisa melakukan banyak hal bersama-sama,” kata Lammy.

Pada Minggu (7/7/2024), Lammy melakukan perjalanan ke Polandia dan Swedia, di mana ia akan fokus pada diskusi termasuk kerja sama NATO dan perang di Ukraina. 

Kiriman serupa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *