Jakarta, prestasikaryamandiri.co.id – Pemerintah harus menggunakan pendekatan kompetensi filsuf Amartya Sen dalam sistem pendidikan nasional untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) bangsa.
Muhammad Nur Rizal, penggagas gerakan Sekolah Bahagia, mengatakan penggunaan pendekatan talenta di bidang pendidikan nasional merupakan jawaban atas krisis sumber daya manusia yang terjadi di Indonesia.
“Krisis sumber daya manusia merupakan krisis yang perlu segera diatasi di Indonesia, yaitu krisis dimana pendidikan mengasingkan masyarakat dari potensi dan bakat terpendamnya. Krisis ini berpotensi menimbulkan kesenjangan antara masyarakat dengan masyarakat dan dirinya sendiri, kata Rizal seperti dikutip Antara, Minggu (17/11/2024).
Baca juga: Kurikulum independen harus diperhatikan karena membuat siswa dan guru takut mengambil tindakan. Dari pelajar hingga pekerja Akibatnya, masyarakat dianggap sebagai objek pendidikan, bukan subjek atau pelaku utama, pelajar di semua jenjang pendidikan, termasuk mahasiswa yang seringkali tidak menikmati proses pembelajaran, kata dia, yang membuat mereka tetap bertahan. jauh dari bakat, bakat, atau hasrat mereka. Ia mengingatkan, jika hal ini terus berlanjut dalam kehidupan kerja, maka mahasiswa tidak akan produktif dan mencintai pekerjaannya.
Baca juga: Guru: Kurikulum pembelajaran global lebih penting dalam pendidikan sekolah “Setiap orang perlu merasa bahwa mereka memiliki kesempatan dan kebebasan memilih untuk menjadi diri mereka sendiri, menjadi orang yang bertindak demi kualitas hidup yang ingin mereka capai, dan yang mana memberikan nilai atau makna bagi kehidupannya”, ungkapnya. Mutu pendidikan di Indonesia belum mengalami kemajuan karena pemikiran terkait sistem pendidikan masih dibahas di sana. masa lalu dan tindakan sehingga hanya menghasilkan formalitas, tata kelola, dan jargon baru, Rizal mengatakan literasi, numerasi, dan sains Indonesia masih termasuk tujuh terendah dalam program internasional. Menurut Riset Penilaian Anak (PISA) yang mengkajinya, Global Competitiveness Index Indonesia masih berada di peringkat 82 berdasarkan peringkat yang diterbitkan The Global Talent Competitiveness Index 2022. Oleh karena itu, pengetahuan yang diperoleh siswa hendaknya bersifat konstruktivis atau muncul dari pengalaman dan interaksinya dengan orang lain dan lingkungannya. Bukan karena ceramah atau hafalan. Manusia diperlengkapi dengan cara ini dan tidak mudah dikendalikan oleh teknologi kecerdasan buatan. “Namun, hal ini benar-benar dapat memposisikan AI sebagai asisten paling cerdas untuk membantu meningkatkan produktivitas dan berdampak pada masyarakat,” ujarnya. Hal ini juga mendorong siswa untuk mencintai pekerjaan dan proses belajarnya sehingga menganggap hidupnya berharga dan menghindari sumber daya manusia. krisis.