Jakarta, prestasikaryamandiri.co.id – Pemerintah Indonesia memutuskan untuk mendorong transisi menuju pembangunan berkelanjutan. Salah satu upaya yang kami lakukan adalah dengan meningkatkan Kegiatan Ekstraksi Sumber Daya Alam (SDA). Indonesia tidak lagi mengekspor bahan mentahnya untuk diolah ke luar negeri, melainkan harus diolah di Indonesia.
Menteri Investasi/Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia meminta Indonesia berkomitmen mendorong kegiatan akar rumput bersama pemerintah Australia. Hubungan diplomatik antara Indonesia dan Australia sangat baik.
Namun dari sisi investasi, peluang kerja sama antar negara belum sepenuhnya dimanfaatkan. Sebagai negara terdekat, realisasi investasi Australia di Indonesia selama lima tahun terakhir, 2019-2024, hanya sebesar $1,96 miliar.
Menurut Bahlil, Indonesia dan Australia bisa bekerja sama dalam mengembangkan industri baterai kendaraan listrik. Kedua negara punya komoditas nikel, Indonesia juga punya kobalt dan mangan, yang kurang hanya litium milik Australia.
“Saya yakin hubungan Indonesia-Australia bisa kembali diperkuat. Dari segi investasi, kita bisa langsung bilang ini belum maksimal. Ini tugas kita bersama. Kalau negara-negara bisa bekerjasama, itu akan menjadi kekuatan baru. di industri baterai kendaraan listrik,” kata Bahlil dalam keterangan resmi yang dikutip Selasa (14 Mei 2024).
Pemerintah telah menerapkan program daur ulang secara bertahap sejak pemerintahan Presiden Joko Widodo. Komoditas pertama yang dilarang adalah nikel pada tahun 2020, dan hasilnya sudah terlihat. Jika pada tahun 2017 ekspor turunan nikel hanya sebesar 3,3 miliar dolar, pada tahun 2022 akan meningkat 10 kali lipat menjadi 33,8 miliar dolar. Tentu saja hal ini tidak akan mudah karena akan mendapat tentangan dari negara lain yang merasa dirugikan.
“Kami mulai (hilir) seperti pesawat kami lepas landas. Tidak ada negara yang bisa menyuruh kami keluar. Kami akan terus melanjutkan sesuai waktu dan dinamika global,” tegas Bahlil.
Aliran hilir di Indonesia memperhatikan aspek lingkungan hidup dan dapat menjadi contoh bagi negara lain. Bahkan, Menteri Investasi juga mengajak investor untuk datang ke kawasan industri Teluk Weda di Maluku Utara untuk melihat sendiri kawasan industri ramah lingkungan tersebut.
Senada dengan itu, Duta Besar RI untuk Australia merangkap Vanuatu, Siswo Pramono menegaskan, investasi Australia di Indonesia sudah lama mendominasi pertambangan dan pariwisata. Baru-baru ini, investasi Australia mulai meluas ke sektor energi, layanan kesehatan, pendidikan, utilitas, bahan kimia, dan real estate.
“Kami ingin menjajaki peluang emas kedua negara. Kami menantikan pertumbuhan menarik dalam hubungan ekonomi Indonesia-Australia seiring dengan perkembangannya,” kata Siswo Pramono.