Jakarta, prestasikaryamandiri.co.id – Meningkatnya konflik antara Iran dan Israel telah memaksa para pedagang minyak untuk menilai kembali premis risiko geopolitik karena ketatnya pasokan dan permintaan yang mendorong harga melampaui minyak mentah AS. Dia. $90 per barel.
Serangan Iran terhadap Israel menandai peningkatan permusuhan, mendorong kedua negara ke dalam konflik langsung. Iran mengatakan serangan itu merupakan respons terhadap pemboman konsulatnya di Suriah.
Menurut Iman Nasser, Managing Director konsultan Timur Tengah FGE, harga minyak, yang sudah mencakup premi risiko di seluruh AS, adalah $10 per barel siap naik. “Harga bisa naik $2 hingga $5 per barel karena kekhawatiran akan pembalasan Israel atau campur tangan Iran dalam pengiriman di sekitar Teluk Persia,” ujarnya, Minggu (14 April 2024) seperti dikutip Bloomberg.
Risiko serangan langsung Iran terhadap Israel telah dilaporkan, karena harga minyak mentah Brent, yang telah meningkat 17% sepanjang tahun ini, telah melampaui $90 per barel setelah serangan terhadap kedutaan Iran.
Namun, ketika Iran merespons, para pedagang akan lebih fokus pada konflik di Selat Hormuz, yang merupakan pusat utama seperlima produksi minyak dunia. Ketegangan akibat gangguan di sana dapat menambah premi risiko minyak jika terjadi serangan terhadap kapal tanker.
Pasukan Iran menyita sebuah kapal kontainer di dekat Selat Hormuz pada Sabtu (13/4/2024) karena terkait dengan Israel. Salah satu sekutu Iran di kawasan, kelompok Houthi Yaman, telah menimbulkan kekacauan di sektor pelayaran dengan menyerang kapal-kapal di Laut Merah.
Timur Tengah yang bergejolak menambah premi risiko ke pasar dengan permintaan yang kuat karena kebijakan produksi OPEC+ yang mengurangi persediaan global, sehingga menyebabkan harga naik.