Washington, prestasikaryamandiri.co.id – Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menyoroti bahaya meningkatnya panas bagi dunia. Sekitar 500.000 orang meninggal setiap tahunnya.
“Panas diperkirakan membunuh sekitar setengah juta orang per tahun, sekitar 30 kali lebih banyak dibandingkan siklon tropis,” kata Guterres.
Panas ekstrem adalah anomali baru. “Namun, kabar baiknya adalah kita dapat menyelamatkan nyawa dan membatasi dampaknya,” tambahnya.
Guterres menekankan bahwa panas ekstrem merusak perekonomian, meningkatkan kesenjangan, melemahkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) PBB, dan membunuh banyak korban.
Oleh karena itu, Sekjen PBB menyampaikan bahwa ia meluncurkan seruan global dengan empat fokus bidang, yaitu kepedulian terhadap kelompok paling rentan, peningkatan perlindungan tenaga kerja, peningkatan ketahanan ekonomi dan sosial melalui data dan ilmu pengetahuan.
Guterres menekankan poin kuncinya adalah komunitas internasional kini fokus pada dampak panas ekstrem. “Namun, jangan lupa bahwa masih banyak gejala krisis iklim yang lebih dahsyat, yaitu badai yang semakin dahsyat, banjir, kekeringan, kebakaran hutan, naiknya permukaan air laut, dan masih banyak lagi,” kata Guterres.
Untuk mengatasi gejala tersebut, setiap orang harus melawan penyakit tersebut. “Penyakit ini adalah kegilaan yang membakar satu-satunya rumah kita. Penyakit itu adalah kecanduan bahan bakar fosil. Penyakit ini adalah kurangnya tindakan untuk menghadapi perubahan iklim,” katanya.
Guterres mengatakan G20 harus mengalihkan subsidi bahan bakar fosil ke energi terbarukan dan mendukung negara dan komunitas yang rentan.
“Pesannya jelas, pemanasan sedang terjadi. Panas ekstrem mempunyai konsekuensi yang mengerikan bagi manusia dan planet ini. Dunia harus menghadapi tantangan kenaikan suhu,” tambah Guterres.