JAKARTA, prestasikaryamandiri.co.id – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlanga Hartarto memuji kinerja neraca perdagangan yang meningkat hingga surplus US$4,47 miliar pada Maret 2024. Neraca perdagangan tercatat surplus selama 47 bulan berturut-turut hingga Maret 2024. .

“Dari sisi neraca perdagangan, terjadi surplus sebesar US$ 4,47 miliar pada Maret 2024. Neraca perdagangan mengalami surplus selama 47 bulan berturut-turut,” kata Airlanga dalam konferensi pers di Kantor Koordinator Perekonomian. Senin (22/4/2024).

Dibandingkan bulan sebelumnya, surplusnya meningkat sebesar US$ 3,64 miliar, sedangkan surplusnya meningkat sebesar US$ 1,65 miliar dibandingkan Maret 2023.

Nilai ekspor mencapai US$ 22,43 miliar pada Maret 2024. Angka tersebut meningkat 16,4% dari posisi Februari 2024, namun mengalami kontraksi sebesar 4,19% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Nilai impor Indonesia mencapai US$17,96 miliar pada Maret 2024, turun 2,6% dari Februari 2024 dan menyusut 12,76% dari nilai impor Februari 2023.

Surplus neraca perdagangan ini lebih tinggi dibandingkan Februari 2024 atau Maret tahun lalu, tambah Airlanga.

Surplus perdagangan yang melebar pada Maret 2024 akan memberikan angin segar bagi stabilitas nilai tukar rupiah, kata Kepala Ekonom Permata Bank Joshua Parde. Namun, ia melihat lonjakan surplus neraca perdagangan hanya bersifat sementara karena penurunan impor selama bulan Ramadhan.

Oleh karena itu, surplus perdagangan kemungkinan akan kembali menyempit di masa depan sehingga meningkatkan risiko melebarnya defisit transaksi berjalan, kata Joshua.

Joshua memperkirakan neraca transaksi berjalan akan tetap terkendali pada tahun 2024, namun defisit akan meningkat dari 0,11% produk domestik bruto (PDB) menjadi 0,7% PDB pada tahun 2023.

Hal ini didasarkan pada berbagai faktor, antara lain normalisasi harga komoditas secara bertahap, ketahanan permintaan domestik di tengah prospek perekonomian Indonesia yang positif, dan potensi meningkatnya ketidakpastian permintaan eksternal global.

“Selanjutnya, pendorong positif nilai tukar rupiah mungkin berasal dari perkiraan penurunan suku bunga kebijakan global pada Semester II-2024,” kata Joshua.

Langkah ini akan meningkatkan sentimen risiko, menarik aliran modal dan meningkatkan prospek pertumbuhan global, sehingga mendukung harga komoditas.

“Secara keseluruhan, hingga akhir semester I 2024, dolar AS diperkirakan diperdagangkan pada Rp 15.900-Rp. 16.100 per dolar AS, Rp 15.600-Rp. 15.800 per dolar AS, dan Rp 15.800-Rp. 15.800 per dolar AS Kami harapkan bisa divergen di akhir tahun,” jelas Joshua.

Sementara itu, Ekonom Bank Danamon Irman Faiz menyoroti situasi surplus neraca perdagangan kumulatif dibandingkan periode yang sama tahun 2023. Hal ini menunjukkan adanya permasalahan pada neraca eksternal negara.

Pada kuartal I-2024, surplus perdagangan Indonesia turun menjadi US$7,31 miliar dari US$12,11 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Menurut dia, prospek ekspor ke depan bisa sedikit membaik karena kenaikan harga batu bara di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik.

Namun potensi manfaat tersebut kemungkinan besar akan berkurang karena penurunan permintaan dan perlambatan ekonomi global sepanjang tahun. Oleh karena itu, kami mempertahankan perkiraan defisit transaksi berjalan sebesar 0,8% pada tahun 2024, kata Erman Faiz.

Kiriman serupa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *