Jakarta, prestasikaryamandiri.co.id – Pelaku industri makanan dan minuman (mamin) mengaku tak akan menaikkan harga produk meski nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS.
“Banyak masyarakat yang belum berencana menaikkan harga, masih wait and see,” kata Direktur Jenderal Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi Lukman saat dihubungi prestasikaryamandiri.co.id, Kamis (18/4/2021). 2024).
Depresiasi rupee hingga kisaran US$16.000 terhadap dolar AS akan bergantung pada industri makanan dan minuman dalam negeri, terutama bahan baku impor, ujarnya. Depresiasi rupee mempengaruhi biaya produksi utama dan biaya logistik.
Menurut Adhi, bahan baku industri makanan dan minuman dalam negeri sebagian besar bergantung pada impor. Misalnya gula pasir dan tepung terigu 100% impor. “Banyak perusahaan di industri kita yang bergantung pada impor gula 100%, garam 70%, susu 80%, kedelai 70%, gandum 100%, dan lain-lain,” kata Adhi.
Ia mengatakan, banyaknya bahan baku yang harus diimpor oleh pelaku industri makanan dan minuman dalam negeri merupakan permasalahan besar yang perlu diatasi. “Tentunya pelemahan rupee akan sangat berpengaruh,” kata Adhi.
Menurut Adhi, industri makanan dan minuman akan menaikkan harga jika rupee melemah dalam jangka waktu lama akibat kenaikan biaya produksi dan logistik utama.
Dia mengatakan, industri makanan dan minuman masih memantau pergerakan rupee. Oleh karena itu, para pengusaha makanan dan minuman berharap pemerintah dapat menstabilkan rupiah.