Jakarta, prestasikaryamandiri.co.id – Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Suharso Monoarfa meyakini Indonesia sudah berada pada jalur yang tepat untuk mencapai kedaulatan pangan.
Menurut Suhars, Indonesia yang memiliki sumber pangan melimpah bisa mencapai kedaulatan pangan.
“Ke depan kalau bisa tidak hanya untuk kebutuhan pangan kita saja, tapi kita juga harus fokus menjadi eksportir pangan,” kata Suharso usai acara investor roundtable di Hotel Mulia, Jakarta, Selasa. (13/8/2024).
Suharso mengatakan, jika Indonesia ingin mewujudkan kedaulatan pangan, maka harus dilakukan secara bertahap, dimulai dari pembentukan ketahanan pangan. Meski demikian, ia tak memungkiri misi tersebut bukanlah tugas yang mudah.
Belum tercapainya ketahanan pangan nasional terlihat dari upaya pemerintah melakukan impor. Misalnya saja untuk menjaga ketahanan pangan, pemerintah mengimpor sekitar 3 juta ton beras senilai Rp 28 triliun pada tahun 2023. Pemerintah masih mengimpor tidak hanya beras, tapi juga produk lainnya.
“Contohnya gula. Indonesia dulunya adalah eksportir gula. Pada masa kolonial, kita bahkan merupakan salah satu produsen gula tertinggi di dunia. Seiring berjalannya waktu, kami menjadi importir gula. Saat ini, Brasil adalah pengekspor gula. Permasalahan seperti ini masih terus terjadi. katanya.
Pemerintah, lanjut Suharso, memahami bahwa cara pandang impor harus diubah. Impor hanya merupakan solusi jangka pendek untuk menjaga ketahanan pangan. Pemerintah juga telah memulai rencana jangka panjang untuk kemandirian pangan.
Bukan hanya Indonesia untuk mencapai ketahanan pangan, tapi juga mewujudkan kedaulatan pangan, hingga meningkatkan jumlah ekspor. Terkait misi tersebut, Suharso mengatakan pemerintah telah menyiapkan rencana melalui Kementerian Pertanian untuk melaksanakannya.
Kementerian Pertanian mempunyai rencana untuk tahun 2025-2029. Indonesia diperkirakan akan menjadi keranjang makanan dunia pada tahun 2029. Salah satu upaya pemerintah adalah program zona pangan yang dilaksanakan secara bertahap dan membuka wilayah baru di Kalimantan dan Papua.
Selain itu, permasalahan distribusi pupuk, pengolahan benih, sistem irigasi, saluran distribusi, mekanisasi dan teknologi pertanian terus ditingkatkan.
“Kami akan kembali mendukung, misalnya pertanian pangan. Dalam hal ini dengan menyediakan lahan persawahan yang terkoordinasi. Secara bertahap dimulai pada lahan seluas 250.000 hektar. Lalu mudah-mudahan bertambah menjadi 8-9 juta hektare,” jelasnya.
Suharso meyakini jika rencana tersebut dilaksanakan secara disiplin dan tertib, maka Indonesia akan mencapai swasembada pangan. Ia juga mengatakan, kedaulatan ini akan berdampak positif bagi kesejahteraan berbagai sektor termasuk petani.
“Jadi kalau kita hanya bicara apa yang kita butuhkan saat ini, skalanya akan seperti itu, tapi kalau kita bilang ingin jadi nomor satu lagi, jadi nomor satu, hasilnya akan berbeda,” ujarnya.