Jakarta, prestasikaryamandiri.co.id – Ransomware merupakan malware yang paling ditakuti oleh pengelola data dan pengguna komputer. Serangan baru saja terjadi pada Pusat Data Nasional (PDN). Peretas juga meminta uang tebusan sebesar $8 juta atau sekitar Rp 131 miliar untuk mengembalikan data yang dicuri. 

Dalam kasus PN, ransomware yang menyerang disebut Brain Cipher. Menurut Kepala BSSN Letjen. TNI Hinsa Siburian, ransomware ini merupakan evolusi terbaru dari ransomware Lockbit 3.0. Pada tahun 2023, kelompok hacker Lockbit juga melumpuhkan sistem Bank Syariah Indonesia (BSI). 

“Jadi ransomware ini terus dikembangkan. Ini (Brain Cipher) terakhir yang kami lihat melalui sampel,” kata Hinsa Siburian, Senin (24/6/2024).

Dalam aksinya, ransomware bisa menjadi ransomware. Ransomware bertindak dengan mengenkripsi data dan sistem yang diserangnya, sementara extortionware mengancam akan mengirimkan data yang dicuri jika korban menolak membayar uang tebusan yang diminta oleh penjahat. 

Samuel Abrijani Pangerapan, Direktur Jenderal Aplikasi dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), mengatakan pihaknya telah melakukan isolasi data untuk menghadapi serangan siber tersebut. Pemerintah juga berupaya memulihkan berbagai layanan publik yang terdampak gangguan tersebut.

Dari data yang dihimpun Akuncom, pada pertengahan tahun 2024 akan ada 10 institusi besar yang menjadi korban ransomware, baik institusi swasta maupun pemerintah. Korbannya pun berasal dari berbagai sektor, mulai dari logistik, pusat perbelanjaan, pembiayaan konsumen, perbankan, jasa keuangan, layanan IT, transportasi hingga pialang saham. 

Kiriman serupa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *