Jakarta, prestasikaryamandiri.co.id – Beberapa waktu lalu, media sosial dibanjiri video seorang gadis bernama Daisy Oxenstierna, penari asal Swedia-Indonesia, yang dikritik karena perampasan budaya.
Daisy dianggap melakukan perampasan budaya dengan menarikan tari Legong sebagai tarian tradisional Bali. Video tersebut menjadi viral dan mendapat komentar pedas.
Namun banyak juga netizen yang memuji dan mendukung tarian tersebut karena melestarikan budaya Indonesia. Mengingat fenomena ini, apa yang dimaksud dengan perampasan budaya? Berikut uraiannya dikutip dari Britannica, Senin (13/05/2024).
Apa itu perampasan budaya? Perampasan budaya disebut perampasan budaya yang terjadi ketika anggota kelompok mayoritas mengadopsi unsur budaya kelompok minoritas dengan cara yang eksploitatif, menyinggung, atau stereotip.
Budaya adalah keyakinan, perilaku, dan pengetahuan yang unik bagi sekelompok orang. Tempat tinggal, kebangsaan, ras, agama, dan pengalaman hidup Anda merupakan contoh identitas yang dapat membentuk budaya.
Dalam konteks ini, unsur-unsur budaya seringkali diambil atau disalahgunakan oleh orang atau kelompok yang bukan merupakan bagian dari budaya sumber, seringkali tanpa memperhatikan atau menghormati makna asli dari unsur-unsur tersebut.
Perampasan budaya adalah fenomena yang dangkal dan tidak kentara yang mungkin sulit dipahami dan tidak disadari oleh banyak orang ketika mereka melakukannya sendiri.
Apropriasi budaya ini mempunyai banyak efek apropriasi budaya yang berbeda-beda tergantung konteks dan cara penggunaan elemen budaya tersebut. Perampasan budaya mempunyai dampak sebagai berikut.
1. Perampasan dan penggunaan unsur budaya secara tidak tepat dapat menyimpang dari makna atau nilai asli dalam budaya tersebut.
2. Penghinaan atau penodaan citra budaya dapat dianggap menghina atau tidak menghargai unsur budaya suatu tempat yang memiliki budaya tersebut.
3. Perubahan budaya Beberapa budaya dapat digunakan sebagai tren fesyen atau komoditas untuk tujuan komersial tanpa memandang konteks atau nilai budaya aslinya.
Hal ini berdampak pada perubahan dari kelompok ke budaya.
4. Membatasi akses terhadap budaya lokal Dalam beberapa kasus, penggunaan unsur budaya yang tidak tepat dapat membuat masyarakat budaya lokal tidak dapat mempertahankan dan mengembangkan warisan budayanya.
5. Penggunaan unsur budaya yang tidak tepat dapat memperkuat stereotip dan prasangka yang ada. Stereotipe atau prasangka yang ada terhadap budaya tersebut.
Perampasan budaya dapat mengekspos kelompok marginal yang penasaran dengan identitasnya. Stereotip yang terus-menerus dapat berdampak negatif pada kesehatan mental.
Untuk menghindari perampasan budaya, Anda dapat memperkuat sikap untuk memahami dan memahami makna asli dari unsur budaya yang digunakan.
Ia juga berupaya bekerja sama dengan komunitas budaya untuk memastikan bahwa penggunaan budaya dilakukan dengan penuh rasa hormat dan pengertian.