Sejuta pujian belum cukup untuk menggambarkan prestasi Lionel Messi di dunia sepak bola. Sejuta metafora masih belum cukup untuk menjelaskan kehebatan Lionel Messi beraksi di lapangan. Pria bernama lengkap Lionel Andres Messi Cuccittini ini telah meraih berbagai penghargaan bergengsi di dunia sepak bola. Karirnya bersama Barcelona sangat cemerlang, memenangkan 10 gelar La Liga, empat Liga Champions, tiga Piala Super UEFA, tiga Piala Dunia Antarklub, tujuh Copa del Rey, dan delapan Piala Super Spanyol bersama Barcelona. Mengenakan seragam Barcelona merupakan masa emas dalam karier Lionel Messi di level klub. Dia memenangkan setiap gelar bersama klub masa kecilnya yang juga menyelamatkan nyawanya. Pemain berjuluk La Pulga itu menambah koleksi trofinya saat bergabung dengan raksasa Prancis PSG, memenangkan dua gelar Ligue 1 dan satu Piala Super Prancis serta satu gelar Piala Liga saat bermain untuk klub Amerika Inter Miami. Prestasi individu Lionel Messi sebagai pesepakbola merupakan rekor terbaik dalam sejarah sepakbola. Hal ini menyebabkan ia disebut sebagai pemain sepak bola terhebat sepanjang masa (KAMBING) atau pemain sepak bola terhebat sepanjang masa. Messi memegang rekor peraih Ballon d’Or terbanyak dengan rekor delapan kali. Tidak sampai disitu saja, Messi berhasil meraih penghargaan pemain terbaik FIFA sebanyak empat kali, penghargaan pemain terbaik UEFA sebanyak tiga kali, meraih Sepatu Emas (Eropa) sebanyak 6 kali dan Messi menjadi pesepakbola dengan trofi terbanyak dengan total 45 trofi sepanjang kariernya. karier. Semua gelar tersebut didorong oleh keberhasilan Messi membawa Argentina menjuarai Piala Dunia 2022. Hal ini membuatnya semakin tak terbantahkan sebagai KAMBING di dunia sepak bola. Kemajuan Rosario, pemain kelahiran Argentina itu terangkum sempurna dengan memenangkan dua Copa America, satu gelar final dan dua gelar bersama tim muda Argentina ketika ia memenangkan medali emas Olimpiade dan memenangkan Piala Dunia U-20. Sepanjang karirnya, Messi mencetak 816 gol dan 360 assist dalam 1.042 pertandingan. Kontribusi gol pemain bernomor punggung 10 itu rata-rata 1 gol setiap 105 menit dan satu gol setiap 73 menit. Namun, di balik segala kehebatan permainan, kejayaan karir, dan raihan gelar-gelar di pentas sepak bola, masih ada cerita menarik tentang Lionel Messi. Kisahnya menceritakan perjuangannya melawan hambatan pertumbuhan saat masih kecil atau menderita gangguan hormonal. Kisah ini juga mengajak Anda untuk berpikir, merenung, dan berempati dengan nasib serupa yang menimpa anak-anak berkebutuhan khusus. Mereka tidak seberuntung Messi yang memiliki anugerah bakat sepak bola dan layanan kesehatan yang dijaga Barcelona. Lionel Messi dan GHD Messi lahir di kota pelabuhan kecil Rosario pada 24 Juni 1987. Kota ini terletak 310 km dari ibu kota Argentina, Buenos Aires. Lionel Messi memulai karir sepak bolanya di klub lokal Grandoli. Klub dan akademi sepak bola ini didirikan oleh orang tua yang berasal dari latar belakang kelas pekerja. Fasilitas latihannya seadanya, bahkan beberapa bagian lapangan kurang terawat. Dari klub lokal di kampung halamannya, Messi pindah ke akademi sepak bola paling terkenal di kampung halamannya, Newell’s Old Boys. Bakat hebatnya menarik minat pencari bakat dari klub-klub besar, baik dari Argentina maupun klub sepak bola dunia. Namun, situasi buruk menimpa Messi saat ia didiagnosis menderita Defisiensi Hormon Pertumbuhan (GHD). Tubuh penderita GHD tidak menghasilkan cukup hormon pertumbuhan. Hormon pertumbuhan ini diproduksi oleh kelenjar pituitari dan penting untuk pertumbuhan serta perkembangan otot dan tulang anak. GHD dapat terjadi sejak lahir atau disebut dengan GHD kongenital dan GHD idiopatik, yang terjadi di kemudian hari akibat kerusakan pada kelenjar hipofisis. Masalah ini bisa terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa. Angka dari Klinik Cleveland menunjukkan bahwa sekitar 1 dari 4.000 anak di seluruh dunia mengalami GHD, sedangkan kasus GHD pada orang dewasa memiliki angka sekitar 1 dari 10.000. Masalah ini menghambat tumbuh kembang Messi dan membuatnya jauh lebih kecil dibandingkan anak-anak lain seusianya. Kondisi itu membuat keluarga Messi harus rutin menjalani terapi yang memakan biaya 1.000 poundsterling per bulan atau sekitar R21 juta. Kondisi ini sangat menyulitkan keluarga Lionel Messi yang berasal dari kelas pekerja. Mereka tidak mampu membiayai pengobatannya. Newell’s Old Boys selaku klub bertekad membantu biaya pengobatan Messi. Namun, klub tidak memiliki cukup dana. River Plate, klub sepak bola mapan di Argentina, mencoba mencari jalan keluar, tetapi investasi besar untuk biaya pengobatan Messi menghalangi klub tersebut untuk melakukannya. Kondisi penderita GHD akan semakin parah jika tidak ditangani. GHD tidak hanya menghambat pertumbuhan, tetapi juga berdampak buruk pada kesehatan anak. Anak yang tidak tumbuh secara normal akan menimbulkan komplikasi pada organ tubuhnya dan dapat menimbulkan penyakit yang serius. Di tengah kebuntuan tersebut, FC Barcelona, klub elit di Spanyol, muncul sebagai solusinya. Saat Messi berusia 13 tahun pada tahun 2000, Barcelona menawarinya untuk bergabung dengan Masia. Manajer FC Barcelona Charles Rexach yang memahami bakat cemerlang Messi pun langsung mengamankan tanda tangan Messi. Kontrak bersejarah itu dilaksanakan di atas serbet restoran. Secara eksklusif, serbet bekas Barcelona terjual Rp 15,4 miliar di balai lelang Bonhams, London, Inggris. Dalam klausul kontrak, Barcelona siap menanggung seluruh biaya pengobatan Messi. Di sinilah penyakit Messi mendapat intervensi medis. Tubuh Messi disuntik hormon pertumbuhan dan Messi kecil menjalani serangkaian terapi di akademi Barcelona. “Saya harus menusuk kaki saya setiap malam. Malam demi malam, setiap hari dalam seminggu, dan ini dilakukan selama tiga tahun,” kata Messi. “Orang-orang yang melihat saya menyuntik kaget, tapi saya tidak khawatir dan tidak sakit. Saya memasukkan jarum suntik ke dalam wadah mereka dan memasukkannya ke dalam lemari es. Misalnya, jika saya pergi ke rumah teman, saya mengeluarkannya. dan tempelkan di quad saya. keesokan harinya di sebelah kiri,” tulis Messi dalam biografi yang ditulis Guillem Balague bertajuk “Messi: Biografi Sang Juara Dunia Akhirnya Berakhir Saat Dia Berusia 14 Tahun. Kisah Messi bisa diubah oleh penyakit GHD dia bertahan berkat intervensi atau pengobatan medis.Dari kesimpulan medis bahwa Messi tidak dapat tumbuh secara normal, dengan perawatan medis, tinggi badan Messi bisa mencapai 1,7 meter atau rata-rata tinggi badan orang Argentina. Cerita tersebut mengandung makna investasi yang sangat berharga yaitu Messi punya menjadi aset berharga bagi Barcelona, Messi memainkan tiki-taka yang indah dan menawan saat membela Barcelona. Bersama Messi, Barcelona mencetak rekor dua kali meraih treble pada musim 2008/2009 dan 2014/2015. Bersama Messi, Barcelona menjadi tim pertama di dunia yang mampu meraih 6 trofi dalam satu musim kompetisi, yakni La Liga, Liga Champions, Copa del Rey, Piala Super Spanyol, Piala Super Eropa, dan Piala Dunia Antarklub Universitas Cambridge menerbitkan penelitian yang mengatakan bahwa berinvestasi pada hak-hak anak menghasilkan keuntungan 10x lipat, atau dengan kata lain, $1 miliar yang diinvestasikan pada hak-hak anak akan menghasilkan $10 miliar. Dalam lanskap suatu negara dan bangsa, investasi pada hak-hak anak dan layanan kesehatan inklusif dapat menghasilkan manfaat besar yang sangat berharga dalam menciptakan masyarakat yang cerdas, sehat, dan tangguh. Selain itu, untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045, dibutuhkan talenta-talenta terbaik untuk mampu mewujudkan impian besar tersebut. Pelayanan Kesehatan Inklusif Kesehatan merupakan pusat dari seluruh aspek kehidupan, mulai dari kegiatan sosial, ekonomi, dan politik. Semua ini tidak bisa dilakukan jika kesehatan Anda buruk. Juga untuk anak-anak dan penyandang disabilitas. Dalam kehidupan berbangsa, kesehatan merupakan hak asasi setiap warga negara. Konstitusi mewajibkan Negara untuk memberikan akses dan meningkatkan kualitas layanan kesehatan bagi seluruh warga negara tanpa kecuali, termasuk anak berkebutuhan khusus dan penyandang disabilitas. Oleh karena itu diperlukan kebijakan pembiayaan pelayanan kesehatan yang komprehensif. Secara sederhana dapat dipahami sebagai pelayanan kesehatan yang menjangkau dan dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat, khususnya penyandang disabilitas. Data Survei Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2020 menunjukkan jumlah penyandang disabilitas mencapai 28,05 juta orang atau 10,38% dari jumlah penduduk nasional. Angka tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara dengan prevalensi penyandang disabilitas tertinggi di ASEAN. Dalam pelayanan kesehatan inklusif, salah satu hal yang penting adalah layanan intervensi medis dan layanan terapeutik untuk menyembuhkan anak berkebutuhan khusus dan secara signifikan mengurangi tingkat ketidakstabilan mereka. Peningkatan aspek tersebut, selain melakukan pencegahan dini, juga mengoptimalkan tumbuh kembang anak agar potensinya berkembang secara maksimal. Seperti halnya Lionel Messi yang menderita GHD, begitu pula anak berkebutuhan khusus lainnya yang memerlukan intervensi medis dan layanan kesehatan yang mudah diakses. Pembinaan anak secara menyeluruh agar dapat mengembangkan potensinya secara maksimal di segala bidang merupakan modal berharga menuju Indonesia Emas 2045.