Lampung Selatan, prestasikaryamandiri.co.id – Mie biasanya disantap dalam mangkuk, namun gigitan mie kali ini berbeda. Kuliner tradisional Yogyakarta ini disebut mie sibet atau mie penkok karena disajikan di atas daun pisang (penkok).

Meski merupakan masakan tradisional, namun kini mie instan semakin digemari masyarakat Lampang Selatan karena rasanya yang lezat dan teksturnya yang kenyal.

Bahan bakunya terbuat dari tepung terigu dan memiliki tekstur yang kenyal. Hidangan tradisional ini ditaburi bawang goreng dan terasa lebih nikmat jika disantap dengan cabai.

Salah satu produsen mie instan yang masih beroperasi hingga saat ini adalah Supriyanti (45 tahun). Di rumahnya di Desa Borodadi Dalam, Kecamatan Tanjung Sari, Provinsi Lampung Selatan, ia sehari-hari membuat mie instan untuk pelanggannya.

Supriyanti tidak hanya melayani pelanggan di wilayah Lampung Selatan dan sekitarnya, namun juga menerima pesanan dari luar Lampung seperti Palembang, Sumatera Selatan, Banten, dan Jakarta.

Tak jarang pelanggan datang langsung ke pabrik produksi pasta milik Supriyanti. Terlepas dari kenyataan bahwa pelanggan langsung menikmati mie basement mereka.

Ia mengatakan, pasta yang dibuatnya bebas bahan pengawet sehingga semua kalangan termasuk anak-anak bisa mengonsumsinya.

Supryanti menuturkan, ia sudah menekuni bisnis mie instan sejak tahun 2005. Bisnis mie instan ini ia warisi dari orang tua suaminya yang berasal dari Yogyakarta.

“Sudah lama sekali, sejak tahun 2005, pertama tentang orang tua suami saya, kemudian saya dan suami melanjutkan,” kata Suprianti kepada prestasikaryamandiri.co.id, Kamis (02/05/2024).

Supryanti mengungkapkan, selain meneruskan bisnis mie instan yang dirintis orang tua suaminya, ia tetap menjalankan bisnis mie instan ini karena ingin melestarikan masakan tradisional Jawa yang mulai hilang akibat modernisasi masyarakat di Lampung Selatan. mie sibi di yogyakarta. – (prestasikaryamandiri.co.id/Triyono)

“Saya membuat (memproduksi) mie instan hanya untuk generasi penerus yang ingin mie instan tetap lestari di Lampung,” kata Suprianti.

Suprianti berharap usaha pembuatan pasta segera menarik perhatian instansi terkait dan Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan (Bimkap) sehingga bisa terus berkembang dan memberikan lapangan kerja bagi masyarakat setempat.

Saifa Laila (34 tahun), salah satu pelanggan asal Bandar Lampung, mengaku senang dengan jajanan ini karena rasanya yang enak dan teksturnya kenyal, serta tentunya dibuat tanpa bahan pengawet.

“Pasta ini enak sekali,” kata Siva.

Siva Laila menuturkan, ia sengaja menyantap mie cepat saji ini di rumah produksinya karena ingin membeli mie yang masih panas untuk dijadikan oleh-oleh.

“Keluarga saya sangat senang dengan pasta ini (pasta instan). Kebetulan saya punya saudara dari Jakarta dan Palembang yang juga suka dengan masakan ini, jadi saya datang ke sini untuk membelinya dan dijadikan oleh-oleh,” kata Siva Laila. .

Satu porsi mie instan dengan bawang goreng dan cabai berharga Rp 1.000.

Kiriman serupa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *