Jakarta, prestasikaryamandiri.co.id – Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti diminta mengkaji ulang kurikulum mandiri dalam sistem pendidikan nasional, karena penerapannya, khususnya di daerah, belum sesuai harapan.

“Saya kira kurikulum mandiri yang diterapkan selama ini perlu dipertimbangkan kembali karena pemahaman dan penerapannya dalam praktek, konsep dan implementasinya masih kurang memadai, terutama di daerah, termasuk Aceh,” kata Dekan. Fakultas Pendidikan dan Keguruan (FKIP) Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh Syamsulrizal kepada prestasikaryamandiri.co.id, Jumat (15 November 2024).

Syamsulrizal banyak mendengar keluhan para guru di daerah tentang penerapan kurikulum mandiri yang membuat siswa tidak termotivasi. “Karena mahasiswa beranggapan meski tidak belajar, tetap bisa masuk kelas, bisa lulus, dan benar-benar mandiri,” ujarnya.

Selain itu, menurutnya, kelemahan program mandiri mengajar adalah guru merasa tidak terlindungi saat mengajar karena jika tegas mendisiplinkan siswa maka akan mudah dikecam dan dituntut.

“Sekarang kalau ada siswa yang ketahuan sedikit, gurunya langsung lapor ke polisi, seperti yang terjadi pada guru Supriyani di Sultra. “Sekarang kalau guru menegur siswa dan siswa berani melawan, guru takut mengambil tindakan,” kata Syamsulrizal.

Syamsulrizal meminta Menteri Pendidikan Dasar Abdul Mu’ti memperbaiki kelemahan sistem pendidikan nasional dan kurikulum mandiri yang bisa membuat guru merasa terlindungi dan nyaman selama mengajar.

“Mudah-mudahan Pak Mu’ti bisa menciptakan sistem baru dimana guru merasa nyaman dan terlindungi, kemudian anak-anak juga bisa meningkatkan kesadaran untuk belajar lebih baik,” ujarnya.

Syamsulrizal mengatakan Kementerian Pendidikan Dasar juga menerapkan kembali standar kelulusan siswa SD dan SMP agar termotivasi belajar. 

“Saat ada ujian nasional, siswa termotivasi untuk belajar agar lulus. “Sekarang menurut saya penting untuk membuat standar kelulusan, walaupun ini bukan ujian nasional tapi ada tujuan yang harus dipenuhi siswa untuk lulus atau naik ke kelas berikutnya,” ujarnya.

Menurutnya, salah satu kelemahan sistem pendidikan nasional saat ini adalah penerapan metode pengajaran yang metodis, tanpa standar ujian kelulusan.

Di sisi lain, Syamsulrizal juga menilai tingkat literasi dan jumlah siswa di wilayah tersebut saat ini masih sangat lemah. Ia meminta Kementerian Pendidikan Dasar memperbaiki kurikulum nasional dengan menekankan pada peningkatan kemampuan literasi, numerasi, dan karakter.

Beliau mengatakan: “Pendidikan karakter tidak hanya sekedar bahasa tetapi harus spesifik dalam mengembangkan budi pekerti dan etika.”

Kiriman serupa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *