Jakarta, prestasikaryamandiri.co.id – Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menyatakan melemahnya nilai tukar rupiah dipengaruhi ketidakpastian global akibat meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Pada 15 Oktober 2024, nilai tukar Rupee melemah 2,82% point to point (ptp) dari bulan sebelumnya.
Menteri Keuangan sekaligus Ketua KSSK Sri Mulyani Indrawati mengatakan meski melemah, dibandingkan akhir Desember 2023, nilai tukar rupee hanya terdepresiasi 1,17% secara year-to-date (year-to-date). Nilai tukar rupiah berkinerja lebih baik terhadap mata uang kawasan seperti peso Filipina, dolar Taiwan, dan won Korea.
“Ke depan, nilai tukar rupiah diperkirakan akan terus menguat seiring dengan imbal hasil Indonesia yang menarik, inflasi yang rendah, dan prospek pertumbuhan ekonomi yang baik,” kata Sri Mulyani pada konferensi pers “Hasil Berkala KSKK IV 2024”. Rapat” di Gedung Thamrin, Bank Indonesia (BI), Jakarta, Jumat (18/10/2024), seperti dilansir Investor Daily.
Menkeu menyampaikan seluruh instrumen moneter akan terus dioptimalkan, termasuk memperkuat strategi operasi moneter yang pro pasar melalui optimalisasi Obligasi Bank Indonesia Rupiah (SRBI), Obligasi Bank Indonesia Valas (SVBI) dan Sukuk Bank Indonesia Devisa. (SUVB). instrumen
Tujuannya untuk menarik aliran modal asing dan mendukung penguatan nilai tukar rupee, ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan fokus kebijakan moneter jangka pendek adalah menjaga stabilitas rupee akibat meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan global. Dengan nilai tukar rupee dan kondisi inflasi saat ini, BI melihat kemungkinan penurunan suku bunga acuan pada akhir tahun 2024.
“Ke depan, BI akan terus mencermati kemungkinan penurunan suku bunga kebijakan moneter, dengan tetap memperhatikan prospek inflasi, nilai tukar rupee, dan pertumbuhan ekonomi,” kata Perry.