Yogyakarta, prestasikaryamandiri.co.id – Elfa Harningsih (18) masih merasakan getaran di kakinya. Berdiri di podium Grha Sabha Pramana (GSP) Universitas Gadjah Mada (UGM), kegugupannya tak terlukiskan. Ratusan mata memandangnya saat harus memberikan sambutan mewakili orang tua mahasiswa baru UGM angkatan 2024 Gadis asal Desa Sungai Naniang, Kecamatan Bukik Barisan, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat ini mencoba berkomunikasi secara lisan. , sesekali menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri.

Elfa yang sehari-hari membantu suaminya, Mardion (54), bekerja sebagai buruh tani di kebun jeruk tetangganya, mengaku tidak menyangka akan terpilih menjadi pembicara.

“Berdiri di podium ini membuat kaki saya gemetar. Saya tidak menyangka harus memberikan sambutan atas nama orang tua mahasiswa baru,” ujarnya blak-blakan saat ditemui orang tua mahasiswa baru di GSP UGM. .

Elfa merupakan ibu dari Asysyfa Maisarah (18), yang diterima di Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UGM melalui seleksi nasional berbasis kinerja (SNBP). Asysyfa adalah seorang siswi berprestasi yang selalu menduduki peringkat pertama di kelasnya dari SMP hingga SMA, serta memenangkan berbagai perlombaan sehingga mendapat beasiswa dan biaya sekolah gratis.

Kini, ia juga telah memperoleh beasiswa unik perguruan tinggi bersubsidi 100% (UKT 0), yang berarti ia tidak perlu membayar biaya pendidikan hingga lulus.

“Awalnya saya tidak menyangka putri kami mengungkapkan keinginannya untuk kuliah di UGM. Perasaan saya campur aduk saat itu dan hanya menginginkan yang terbaik untuk Asysyfa,” kata Elfa.

Campuran rasa senang, bangga dan syukur ia rasakan saat putranya dinyatakan lulus UGM. Kekhawatiran biaya kuliah menghantuinya, namun Asysyfa meyakinkan orang tuanya bahwa ada beasiswa yang bisa membantu.

“Bundo tenang saja, pasti ada jalan, ada beasiswa,” kata Asysyfa memberi semangat kepada ibunya.

Kegelisahan Elfa berubah menjadi rasa syukur saat Asysyfa mendapat beasiswa UKT 100% disubsidi FEB UGM.

“Beasiswa ini sangat membantu kami yang hanya bergantung pada gaji Rp50.000 per hari sebagai buruh tani, itupun jika ada yang meminta kami untuk mengurus kebun,” jelas Elfa.

Elfa mengucapkan terima kasih kepada UGM yang telah memberikan beasiswa kepada putranya.

“Terima kasih kepada UGM dan kami telah mempercayakan anak-anak kami untuk mengenyam pendidikan. Saya berharap cita-cita kami dan cita-cita anak-anak kami dapat terwujud,” ujarnya.

Asysyfa menjadi contoh nyata bahwa keterbatasan ekonomi bukan menjadi penghalang untuk memperoleh pendidikan tinggi. Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM berkomitmen untuk menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas dan terjangkau bagi masyarakat untuk mencapai pendidikan yang adil, setara, dan inklusif.

Kiriman serupa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *